google-site-verification: google6968eaab40b0eb36.html ano.sb: Agustus 2009

selamat datang

selamat datang
terimakasih atas kunjungan anda hari ini semoga dapat bermanfaat

Sabtu, 29 Agustus 2009

PENELITIAN KASUS BBLR

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). World Health Organization 9WHO) memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. fenomena itu terdiri dari, 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal). 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama. (Komalasari, 2002)
Angka Kematian Bayi di Indonesia sebanyak 35 per 1000 kelahiran hidup yaitu hamper 5 kali lipat dibandingkan angka kematian bayi Malayasia, hamper 2 kali lipat dibandingkan dengan Thailand dan hampir 1,3 kalii lipat dibandingkan dengan Filipina. (Depkes RI, 2004). Adapun target cakupan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2010 yaitu sebanyak 25 per 1000 kelahiran hidup. (Wardani, 2005).
Angka kematian bayi di Jawa Barat melebihi angka rata-rata kematian bayi nasional. Saat ini, angka rata-rata kematian bayi nasional sebanyak 36 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Jawa Barat masih diatas rata-rata, dengan angka kematian bayi sebanyak 40 per 1000 kelahiran hidup. (Gsianturi, 2005).
Angka kematian bayi di Kabupaten Kuningan mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari tahun 2000 Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak-banyaknya 169 per 1000 kelahiran hidup menjadi 76 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005. (Laporan Tahunan Dinkes Kabupaten Kuningan, 2005).
Pola penyakit penyebab kematian menujukan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal dini (kelompok umur o-7 hari) tertinggi adalah prematur dan berat badan lahir rendah/LBW (35%), kemudin asfiksia lahir (33,6%). Penyakit penyebab kematian neonatal lanjut (kelompok umur 8-28 hari) tertinggi adalah infeksi seberang 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare), kemudian feeding problem (14,3%). (djaja, 2001).
Bayi berat lahir rendah (BBLR ) / Low Birtgweight Infant adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 Gram. Berat badan lahir rendah (bblr) dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 3 minggu) atau BBLR karena instrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya. (Djaja, 2001).
Kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor ibu dan faktor janin. Hal-hal yang mempengaruhi BBLR dilihat dari faktor ibu diantaranya penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan (Toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan fisiologis), karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu yang rendah, pekerjaan ibu, status ekonomi rendah), biomedis ibu dan riwat persalinan diantaranya umur ibu (< 20 tahun dan > 35 tahun), paritas (primitara dan grandemultipara), keguguran/lahir mati mati dan pelayan antenatal (frekuen periksa hamil, tenaga periksa hamil, umur kandungan saat memeriksakan kehamilannya).
Adapun dari faktor janin BBLR disebabkan karena karena kehamilan ganda, hidramnion, kelainan kromosom, cacat bawaan, dan infeksi dalam kandungan. (prawiroharjo, 2002).
Menurut siti fadilah supari, jika bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5kg pada umur 40th (jika dapat mencapai usia itu ) akan menderita penyakit jantung, darah tinggi maupun diabetes. Dengan demikian setiap setiap tahun akan terdapat sekitar 400.000 calon-calon penderita pengakit degeneratif. (depkes, 2004).
Bayi BBLR umumnya akan menemui masalah dalam proses pertumbuhannya. Walaupun ada yang mulus, dalam arti tumbuh menjadi anak pintar, mungkin sifatnya kasuistik saja. Penelitian juga membuktikan, anak BBLR akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit kronis seperti diabetes atau jantung koroner ketika dia tumbuh dewasa kelak. (Kumiasih, 2005).
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan merupakan rumah sakit rujukan baik dari puskesmas maupun dari klinik swasta lain di daerah Kuningan. Pada tahun 2004 tercatat jumlah bayi yang lahir dengan berat badan rendah sebanyak-banyaknya 204 bayi dimana pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah BBLR yaitu sebanyak-banyaknya 282 bayi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui kejadian BBLR di RSUD Kuningan dengan menulis dalam karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan faktor ibu di RSUD Kuningan periode tahun 2005.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian BBLR di RSUD periode tahun 2005.

Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) BERDASARKAN FAKTOR IBU DI Ruang Perinatalogi RSUD Kuningan tahun 2005.

Tujuan khusus
Memperoleh gambaran tentang kejadian BBLR berdasarkan faktor umur ibu
Memperoleh gambaran tentang kejadian BBLR berdasarkan faktor pendidikan ibu
Memperoleh gambaran tentang kejadian BBLR berdasarkan faktor pekerjaan ibu
Memperoleh gambaran tentang kejadian BBLR berdasarkan jumlah paritas ibu

Manfaat Penelitian
bagi Penulis
sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh saat kuliah dan untuk menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian.

Bagi RSUD Kuningan
Diharapkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat memberikan informasi dan memberikan gambaran kepada RS mengenai kejadian BBLR.

Bagi Institusi Pendidikan
Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi pihak pendidikan sebagai bahan perbendaharaan bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan dasar pemikiran didalam penelitian lanjutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badanya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi:
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yaitu berat lahir 1500 ? 2500 gram;
Bayi Berat Sangat Lahir Rendah (BBLSR), yaitu berat lahir < 1500 gram;
Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), yaitu berat lahir < 1000 gram.
Sejak tahun 1961 Wordl Health Organization (WHO) telah mengganti istilah premature baby dengan low weight baby (Bayi dengan Berat Lahir Rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature. Keadaan ini dapat disebabkan oleh:
Masalah kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur);
Bayi Small for Gestational age (SGA) yaitu bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK);
Kedua-duanya.

Pembagian BBLR
Bayi Prematur (SMK)
Makin rendah masa gestasi dan maklin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi mortalitas dan morbilitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara-cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah atau dikurangi.
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam-macam problematika pada derajat prematuritas, maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok, yaitu:
Bayi yang sangat premature (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi dengan gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai hasil yang optimum.
Bayi pada derajat premature yang sedang (Moderately premature): 31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga sangat ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
Borderline premature, masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat yang premarure dan mature, akan tetapi timbul problematic seperti yang dialami bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.

Problematik bayi premature
Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi premature.
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan sebagai berikut:
a. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan tubuh yang relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru-paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita premature adalah penyakit membrane hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping itu sering timbul pernapasan periodic dan apneu yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medula belum matur.
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi: distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorpsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari spingter kardio-eosepagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitas isi lambung ke eosephagus dan mudah terjadi aspirasi.
d. Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K
e. Ginjal yang imature baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik.
f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile), kekurangan faktor pembekuan protombin, faktor VII.
g. Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gama globulin. Bayi premature relative belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intraventriculer: lebih dari 50% bayi premature menderita perdarahan intraventriculer. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnue, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan darah ke otak akan lebih banyak karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan germinal yang terdapat didasar ventrikel lateralis antara nucleus caudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventriculer ini dapat didiagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan.

Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Setiap bayi baru lahir (premature, matur, dan postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung daripada lamanya, intensitas, dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
Ada 2 bentuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu:
Propotionate IUGR: janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah gestasi yang sebenarnya.
Disproportionate IUGR; terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala noarmal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.

Problematik bayi KMK
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan uterus didalam uterus. Dengan kata lain alat-alat tubuhnya sudah bertumbuh dengan lebih baik bila dibandingkan dengan bayi premature dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi KMK yang tidak premature lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian, harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik, diantaranya:
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks. Ini disebabkan distrass yang sering dialami bayi ini dalam persalinan.
2. Hipoglikemia terjadi terutama apabila pemberian minum pada bayi terlambat. Hipoglkemia ini terjadi karena disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme bayi.
3. Keadaan lain yang mungkin terjadi: asfiksia, perdarahan paru yang massif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindron down, tumer dll).

Etiologi BBLR
Faktor Ibu
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan fisiologis. Selain itu penyakit lain seperti nefritis acut, infeksi akut dll.
Usia
Usia wanita mempengaruhi kehamilan. Saat pertama hamil merupakan perubahan status dari perubahan seorang perempuan menjadi seorang ibu. Beberapa ahli mengatakan bahwa kehamilan adalah kondisi krisis yang dialami oleh perempuan tidak hanya gangguan pada psikologis namun juga adanya perubahan sense dan identitas pada diri perempuan. Pada perempuan dewasa, perubahan ini sama sekali tidak berhenti namun menjadi masalah yang cukup besar jika terjadi pada remaja. Lee dan Corpuz (1988) menemukan 14,5% dari bayi yang lahir dari ibu usia dibawah 15 tahun dan 9,4% dari ibu usia antara 15-19 tahun mengalami BBLR (Trad, 2002).
Resiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Resiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan (Soelaeman, 2006). Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan kehamilan/preeklamsia dan kelainan letak ari-ari (plasenta previa) yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan. (Soelaeman, 2006).
Sebagian besar wanita yang berusia diatas 35 tahun mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Namun beberapa penelitian semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa resiko tertentu. Resiko kehamilan yang akan dihadapi pada usia tua hampir mirip dengan kehamilan diusia muda hanya saja karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa resiko yang akan berkurang, misalnya menurunnya resiko cacat janin yang disebabkan asam folat. Resiko kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu diusia ini sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam justru berkaitan dengan organ reproduksi diatas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia. Preeklamsia terjadi pada sekitar 5% wanita hamil, ditandai dengan tingginya tekanan darah, dan banyaknya protein serta cairan dalam urine. Para calon ibu yang terserang dapat mengalami gangguan ginjal dan hati, sementara jabang bayinya akan mengalami pertumbuhan yang lambat. (Soelaeman, 2006).
Pada wanita hamil usia 35 tahun atau lebih, kemungkinan dapat melahirkan bayi dengan BBLR, yaitu berat lahir bayi kurang dari 2500 gram, atau lahir premature (bayi lahir kurang dari 37 minggu kehamilan) (Suara Merdeka, 2002). Pada penelitian di Canada tahun 2002 ditemukan resiko ini sebesar 40% untuk BBLR dan 20% lahir premature. Resiko ini sering muncul, meskipun wanita hamil tersebut tidak memiliki masalah kesehatan kronis, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi (Suara Merdeka, 2003).

Paritas
Paritas wanita (woman parity) adalah rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita usia subur yang pernah kawin pada tahun tertentu. Pola paritas wanita mengikuti huruf U terbalik, pada wanita usia muda (15-19 tahun) paritasnya relatif kecil. Paritas wanita mencapai puncaknya pada usia 25-29 tahun, kemudian mulai menurun kembali pada kelompok usia diatasnya (NKLD, 2002).
Anak yang dilahirkan hidup oleh wanita usia 15-19 tahun, relatif sedikit dibandingkan kelompok usia diatasnya. Hal ini disebabkan karena secara umum lamanya waktu wanita tersebut berbeda dalam ikatan perkawinan juga lebih pendek dibandingkan kelompok yang lebih tua, sehingga masa reproduksi yang dijalaninya juga relatif pendek. Usia 25-29 tahun adalah usia yang sangat aman untuk melahirkan baik dari segi fisik maupun psikis. Semakin tua umur wanita, tingkat kesuburan wanita pun akan semakin berkurang sehingga hanya sedikit dari mereka yang melahirkan. (NKLD, 2002)
Dalam istilah kebidanan, ada beberapa klasifikasi ibu berdasarkan paritas yaitu:
Nulipara, yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan seorang anak yang mampu hidup
Primipara, yaitu ibu yang telah melahirkan seorang anak
Multipara, yaitu ibu yang telah melahirkan lebih dari seorang anak (2-4 kali)
Grandemultipara, yaitu ibu yang telah melahirkan lima orang anak atau lebih.
Menurut Cuningham (2002) bahwa faktor predisposisi BBLR yang utama berdasarkan paritas adalah seorang ibu primipara. Katagori rawan hanya berlaku pada kehamilan anak pertama. Sedangkan pada kehamilan kedua dan ketiga, resiko akan menurun dengan sendirinya. Namun, bahaya akan kembali beresiko adalah kehamilan pada usia sebelum 18 tahun dan kehamilan diatas usia 35 tahun.

Pendidikan
Pendidikan mempunyai peran penting bagi suatu bangsa karena pendidikan memiliki andil yang besar terhdap kemajuan bangsa, baik secara ekonomi maupun sosial. Kualitas pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Menurut Simanjuntak (1985:60), investasi dengan meningkatkan pendidikan dan keterampilan sumber daya manusia keuntungannya tidak hanya dinikmati oleh orang yang meningkatkan pendidikan tersebut (private rate to retum) melainkan juga dinikmati oleh masyarakat luas (social rate retum). (Kompas, 2002)
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap minat ibu untuk memelihara untuk memelihara kehamilannya. Semakin tinggi pendidikan, secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan status sosialnya. Sebaliknya pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahun tentang kehamilan dan sering menjadi penyebab kurang gizi pada bayi. Selama masa intrauteruin, asupan nutrisi yang adekuat pada ibu tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin. Dengan asupan nutrisi yang adekuat dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar dan sejalan dengan itu, janin tumbuh dan berkembang sampai pada usia kehamilan yang matang maka janin siap dilahirkan dengan berat badan, panjang badan, dan pertumbuhan organ fisik lainnya yang normal. Sebaliknya, apabila ibu tidak mendapat asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir dengan berat rendah. Pengatahuan maupun faktor sosial budaya serta ekonomi memang menjadi faktor sosial budaya serta ekonomi memang menjadi faktor utama seorang ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (Endang, 2004)
Suvei demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank Dunia, 2001) yang memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menegah tingkat pertama (Kompas, 2005)

Pekerjaan
Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Salah satunya yaitu harus bekerja, padahal wanita hamil dianjurkan untuk banyak istirahat. Hal tersebut menyebabkan wanita kurang menjaga kesehatan selama hamil dan kurang memperhatikan asupan gizi yang benar. Jika asupan gizi saat hamil buruk, maka janin pun akan kekurangan nutrisi dalam perkembangannya dan menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja lebih berpotensi berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. (Endang, 2004)
Pekerjaan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh terhadap akses informasi yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja (Depkes RI, 2004). Dilihat dari segi sosial ekonomi bagi sebagian anggota masyarakat yang mengalami krisis ekonomi atau dengan upah dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan kehamilan merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih untuk tidak memeriksakan kehamilannya sehingga ibu hamil tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, asupan gizi pun tidak diperhatikan. Kehidupan manusia dimulai sejak masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah terdokumentasi dengan baik (Stein dan Susser, 1975). Masa paceklik di Belanda ?The Dutch Fainine? yang berlangsung pada tahun 1944-1945, telah membawa dampak yang cukup serius terhadap outcome kehamilan. Fenomena the Dutch Famine menunjukan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan dan lingkar kepala, dan berat plasenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi esensial lainnya. (Gsianturi, 2005)

Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya kejadian BBLR. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah, hal ini disebabkan karena keadaan gizi ibu yang kurang baik menyebabkan asupan nutrisi yang disalurkan ke janin akan berkurang, senhingga pertumbuhan janin terhambat dan menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir rendah. Selain itu pengawasan antenatal yang kurang sering terjadi pada golongan ekonomi rendah sehingga menyebabkan kurangnya pemantauan dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. (endang, 2004).
Sebab lain
Faktor nutrisi, perokok, peminum alkohol, obat-obatan.
Faktor lanin
Kehamilan ganda
Hydramnion
kelainan kromosom
cacat bawaan
infeksi dalam kandungan (teksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis ; TORCH )
diagnosis dan gejala klinik
sebelum lahir pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus, prematurus, dan lahir mati.
Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat. Gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum, dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum / perdarahan antepartum.
Setelah bayi lahir
Bayi premature (SMK)
Tampak luar dan tingkah bayi premature tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik untuk bayi premature ialah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500gram, panjang badan atau kurang sama dengan 45cm, lingkaran dada kurang dari 30cm, linkaran kepala kurang tau sama dengan 33cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. (prawiroharjo, 1999)
Kepala relative lebih besar dari dadanya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan banyak, sering tampak peristaltic usus. Tagnisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanent lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi. (prawiroharjo, 1999).
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif. G otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan. Daya isap lemah terutama pada hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis, gelisah dan mengerak-gerakan tangannya. Bila tanda-tanda lapar tersebut timbul dalam 96 jam, maka harus curiga akan adanya perdarahan intraventrikuler atau infeksi. Edema biasanya suka terlihat segera sesudah lahir dan makin bertambah jelas 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, piting edema, dan ini dapat berpindah dengan antepartum, toksemia gravidarum dan diabetes mellitus. Frekwensi pernapasan 40-50 per menit. Pada hari-hari berikutnya 35-45 per menit. Bila frekwensi pernapasan terus meningkat dan selalu diatas 60 per menit, harus waspada terhadap sindroma gangguan pernapasan seperti membrane hialin, pneumonia, gangguan metabolic atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini harus dicari penyebabnya yaitu dengan membuat foto paru-paru-paru, pemeriksaan ultrasonografi dll. (Prawirohardjo, 1999)

Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, vemiks kaseosa sedikit/tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan. (Prawirohardjo, 1999)

Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan penyesuaian hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pengaturan suhu
Bayi premature mudah dan cepat sekali terkena hipotermi bila berada dilingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kurang lemak coklat (brown fat). Untuk mencegah hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat di incubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 34, agar ia dapat mempertahankan suhunya sekitar 37. kelembaban incubator berkisar antara 50-60 persen. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakan botol-botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu di dekat tempat tidur bayi. Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang, dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan dapat dilakukan secepatnya. (Prawirohardjo, 1999)

Makanan Bayi
Pada bayi premature refleks isap, batuk dan telan belum sempurna, kapasitas lambung masih kurang. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Makanan pada bayi diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. (Prawirohardjo, 1999)

Perawatan BBLR
Di Rumah Sakit
Cara penanganan bayi BBLR di rumah sakit tergantung kondisi masing-masing. Setelah dilahirkan bayi dengan BBLR akan segera diperiksa fungsi organ-organ tubuhnya terutama paru-paru-paru-paru dan jantung. Sebelum mencapai berat yang cukup, bayi BBLR memerlukan perawatan intensif dalam inkubator. Salah satu penyebabnya, bayi bertubuh kecil sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh sebab itu, ia perlu masuk kotak kaca yang bisa diatur kestabilan suhunya. Kulit bayi-bayi kecil masih tipis sehingga dari tubuhnya mudah terjadi penguapan panas. Kalau penguapan panasnya berlebihan, bayi akan mengalami hipotermi atau temperatur badannya turun sangat rendah sehingga ia sangat mudah kehabisan tenaga. Pemberian alat bantu pernapasan juga dilakukan bila terdapat indikasi. Untuk indikasi ringan, bayi hanya akan diberi oksigen. Sebaliknya jika berat dapat sampai diberi ventilator atau alat bantu pernapasan. Infus juga akan diberikan untuk masukan cairan dan obat-obatan bila diperlulan. Bayi-bayi kecil biasanya belum mampu menghisap dengan baik karena itu pemberian minumnya berupa ASI atau susu formula khusus untuk BBLR bila ASI ibu belum keluar dilakukan melalui pipa lambung dan diberikan secara bertahap sampai jumlah kebutuhannya terpenuhi. Asi merupakan makanan utama dan terbaik untuk BBLR. Tidak ada patokan pasti untuk lama perawatan bayi BBLR di rumah sakit. Bayi dengan berat 1000 gram, misalnya memerlukan perawatan seksama dan bertahap sehingga bisa satu bulan lebih harus berada dalam inkubator. Lama perawatan lebih ditentukan oleh kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan, seperti tidak ada lagi gangguan pernapasan, suhu tubuh telah stabil dan bayi sudah punya repleks hisap dan menelan yang baik. Sebelum pulang, bayi sudah harus mampu minum sendiri dengan botol maupun dengan puting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badannya telah berkisar 10-30 gram/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruangan biasa. Bayi juga tidak membutuhkan oksigen serta obat-obatan yang diberikan melalui pembuluh darah atau infus. (Handayani, 2005)

Bayi harus dirawat bila:
Gangguan pernapasan. Salah satu sebabnya bayi menelan air ketuban sehingga masuk ke dalam paru-paru-paru-paru dan mengganggu pernapasannya. Ini tidak hanya dialami bayi BBLR saja tapi juga bayi cukup bulan. Khusus bayi prematur, umumnya gangguan pernapasannya berkaitan dengan organ paru-paru-paru-paru yang belum matang.
Kasus-kasus berat seperti perdarahan otak, kelainan jantung, hipoglikemia (kadar gula rendah) dan lainnya.
Infeksi. Bayi bisa terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui placenta.
Kejang saat dilahirkan. Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 x 24 jam untuk dicari penyebabnya. Misal apa karena ada infeksi sebelum lahir (prenatal), atau karena perdarahan intrakranial, atau karena vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
Apneu periodik (henti napas), kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paru-paru-paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi berhenti nafas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan seksama.
Ikterus atau kuning. Jika terjadi di hari pertama dapat dipastikan ada kelainan pada bayi, seperti ketidak sesuaian golongan darah ibu dan bayi. Bila kuning terjadi setelah 5-7 hari sesudah bayi dilahirkan biasanya karena fungsi hati yang belum matang sehingga bayi belum bisa mengeluarkan bilirubin. Inilah yang disebut dengan kuning fisiologis.
Muntah, biasanya ada suatu kelainan di pencernaan bayi yang mungkin juga memerlukan tindakan bedah
Distensia abdomen, kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. (Handayani, 2005)

Di rumah
Yang paling penting, orang tua terutama ibu secara fisik dan psikologis mesti mampu dan siap merawat bayinya di rumah. Kuasai cara memberi ASI dengan benar, cara memandikan, merawat tali pusat, mengganti popok, memberi ASI dan PASI, juga menjaga dan lingkungan yang optimal untuk tumbuh kembang bayi. Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan bonding antara ibu dan bayi. (Hanayani, 2005)
Ibu dapat merawat bayinya yang lahir 2000-2500 gram di rumah, dengan catatan:
Lahir spontan, aktif, menangis kuat, tidak ada kelainan bawaan, masa gestasi > 35 minggu, ditolong Bidan atau dukun terlatih.
Ibu akan merawat sendiri bayinya di rumah dan diawasi oleh bidan senior
ASI akan lebih terjamin penggunaannya hingga tumbuh kembang akan semakin cepat
Infeksi silang akan dapat dikurangi, tapi perlu diperhatikan:
Rumah dan lingkungan harus cukup bersih, ruang ibu dan bayi tidak bercampur dengan anggota lain, ventilasi cukup, tempat mandi bayi harus memadai
Ibu harus dapat menyusui, menganti popok, menidurkan bayi dan memberi kehangatan pada bayinya
Apabila bayi dalam keadaan gawat, ibu harus dapat mengetahui dan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan. (Handayani, 2005)
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua saat merawat bayi BBLR di rumah:

Perhatikan susu
Bayi kecil sangat rentan terhadap perubahan suhu. Jadi sebaiknya ruangan dijaga agar tetap hangat. Jangan lupa beri bayi selimut. Tapi selimut disini bukan berarti bedong yang diikat sedemikian rupa sehingga membuat bayi tidak bisa bergerak. Cara membedong seperti itu tidak disarankan karena malah akan menganggu motorik bayi.
Beri minum dengan porsi kecil tapi sering
Tujuannya agar ia dapat memperoleh asupan yang cukup dan aman. Penyerapan lambung bayi-bayi kecil ada yang teloransinya sudah sudah baik ada juga yang masih lambat. Inilah gunanya memberi porsi kecil tapi sering. Biasanya, setiap 1-2 jam sekali bayi perlu diberi susu.
Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dapat diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi pada bayi yang lahir cukup bulan kecuali jika bayi masih dalam perawatan imunisasi diberikan setelah bayi pulang.
Lakukan banyak sentuhan
Salah satu yang bisa diterapkan adalah metode kanguru. Dengan cara ini, bayi sebisa dan sesering mungkin dibuat bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Manfaatnya banyak sekali. Yang paling utama secara psikologis menjalin kasih sayang antara bayi dan orang tua.
Kegunaan lain: bisa mengurangi depresi dan ketegangan, sehingga bayi merasa aman dan terlindungi, membuat bayi dapat tidur dengan lelap, mengurangi rasa sakit, meningkatkan volume air susu ibu dan meningkatkan berat badan bayi. Jadi kalau bisa bayi dibawa kemana-mana seperti anak kanguru yang selalu menempel pada induknya.
Beri Vitamin
Biasanya vitamin diberikan untuk membantu pertumbuhan yang optimal pada bayi. (Handayani, 2005)

Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal, seperti asfiksia, aspirasi pneunemonia, perdarahan intracranial, dan hipoglokemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ rendah, dan gangguan lainnya. (Prawirohardjo, 1999)
Bayi BBLR umumnya akan menemui masalah dalam proses pertumbuhannya. Kalaupun ada yang mulus, dalam arti tumbuh menjadi anak pintar, mungkin sifatnya kasuistik saja. Penelitian juga membuktikan, anak BBLR akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit kronis seperti diabetes atau jantung koroner ketika ia tumbuh dewasa kelak. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki risiko untuk mengalami hambatan pertumbuhan pada tahun pertama kehidupannya. Lebih daripada itu, akibat status gizi yang rendah, bayi ini juga akan mudah mengalami penyakit infeksi dibanding bayi seumurnya yang lahir dengan berat badan normal. Apabila bayi mengalami penyakit infaksi seperti diare, maka kemungkinan penurunan berat badan dapat dengan mudah terjadi. Dapat diduga kemudian, bayi ini akan mempunyai berat badan yang sangat rendah atau mengalami gangguan pertumbuhan yang berat. (Prawirohardjo, 1999)

BAB III
METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan deskriktif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara murni untuk mengadakan deskripsi tanpa melakukan analisis yang lebih mendalam dengan tujuan untuk menggambarkan variabel-variabel utama subjek studi (Notoatmodjo, 2005)
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek di observasi sekaligus pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005)

Kerangka Konsep
Angka BBLR masih cukup tinggi. Beberapa variabel mempengaruhi terjadinya BBLR dilihat dari faktor ibu diantaranya umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah paritas. (Prawirohardjo, 2002)
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kerangka konsep penelitian ini ada pada bagian dibawah ini.












keterangan :

= variabel yang diteliti


= variabel yang tidak diteliti


Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Paritas

Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1. BBLR Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir < 2500 gr (s.d. 2499 gr) Dokumentasi
(rekam medik) 1: ya
2: tidak Ordinal
2. Umur Lamanya seseorang hidup mulai dari lahir sampai pada saat dilakukan penelitian Dokumentasi
(rekam medik) 1: resiko tinggi (<20 thn dan >35 thn)
2: resiko rendah (20-35 thn) Ordinal
3. Pendidikan Proses pembelajaran yang didapat secara formal Dokumentasi
(rekam medik) 1: rendah (tamat SD)
2: sedang (tamat SMP dan SMA)
3: TINGGI (PT) Ordinal
4. Pekerjaan Semua upaya yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan upah dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan gizi. Dengan UMR thn 2005:
1. upah rendah = < 1 juta
2. upah tinggi = > 1 juta Dokumentasi
(rekam medik) 1: Bekerja
2: tidak bekerja Nominal
5. Paritas Jumlah persalinan yang telah dialami ibu bersalin Dokumentasi
(rekam medik) 1: 1 kali (primipara)
2: 2-4 kali (multipara
3: > 5 kali (grademultipara) Ordinal


Populasi dan sample
Polpulasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Notoatmodjo, 2005)
Populasi didalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUD Kuningan tahu 2005 yaitu sebanyak-banyaknya 282 orang.

Sample
Arikunto (1998 : 117) mengatakan bahwa ?sample adalah bagian dari populasi sebagaian atau wakil dari populasi yang diteliti).
Sample dalam penelitian ini didapat dengan rumus:


N
n =
1 + N (d2)

= 282
1 + 282 (0,052)


= 282 = 165,39 (dibulatkan 165)
1 + 0,705
keterangan :

N = besar populasi
n = besar sample
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
(Notoatmodjo, 2005)
dari hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 165 orang. Adapun pengambilan sampel yaitu dengan cara simple random sampling.

Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data
Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menganalisa status ibu di Ruang Rekam Medik RSUD Kuningsn periode tahun 2005.

Pengolahan data
Dalam penelitian ini data telah terkumpul kemudian diolah melalui tahapan:
a. Editing, yaitu memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Hal ini bermaksud untuk merapihkan data agar bersih, rapih, dan tinggal mengadakan pengolahan lebih lanjut.
b. Koding, yaitu merubah data yang dikumpulkan kedalam bentuk yang lebih ringkas. Mengkode untuk masing-masing variabel terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya.
c. Scoring, yaitu menjumlahkan data
d. Processing, yaitu memindahkan data kedalam master tabel
e. Cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukan. Dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti dan menilai kelogisannya. (Notoatmodjo, 2005)

Analisa data
Dalam analisa data, penulis menggunakan analisa univariat yaitu dengan menggunakan analisis prosentasi untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi.

Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan perinatalogi dan rekam medik RSUD yang dilakukan pada bulan April 2006.

Jumat, 28 Agustus 2009

Cara buat blog

Langkah 1: Daftar Google
Daftarkan Diri Anda di Google
Lho koq? Koq di Google? Katanya mau ngajarin bikin blog di blogger.com, koq malah di Google? Tidak salah, karena untuk masuk ke blogger, Anda harus memiliki login google.com.

Silahkan kunjungi http://www.blogger.com. Anda akan mendapatkan halaman seperti pada gambar dibawah.

Jika Anda sudah memiliki login di Google, Anda tinggal login, maka Anda akan masuk ke Control Panel atau Panel Kontrol.

Oh ya, Anda bisa memilih bahasa, apakah Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Untuk kali ini saya anggap Anda belum memiliki login Google.

Klik tanda panah besar yang bertuliskan CIPTAKAN BLOG ANDA.

Sejauh ini sangat mudah dan akan terus mudah.

Halaman Pertama
Langkah 2: Daftar Blog
Lengkapi Pendaftaran Anda
Setelah Anda klik tanda panah besar yang bertuliskan CIPTAKAN BLOG ANDA, maka akan muncul formulir seperti yang ada pada gambar dibawah ini.

Proses ini akan menciptakan account Google yang dapat Anda gunakan pada layanan Google lainnya. Jika Anda sudah memiliki sebuah account Google mungkn dari Gmail, Google Groups, atau Orkut.

Satu account Google bisa digunakan untuk mengakses semua fasilitas yang disediakan oleh Google.

Jika Anda sudah memiliki accout google, Anda bisa langsung login (masuk). Untuk login ke Google, Anda harus login dengan menggunakan alamat email.

Silahkan lengkapi.

1. Alamat email yang Anda masukan harus sudah ada sebelumnya. Anda akan dikirim konfirmasi ke email tersebut. Jika Anda menggunakan email palsu atau email yang baru rencana akan dibuat, maka pendaftaran bisa gagal. Anda tidak perlu menggunakan email gmail.com. Email apa saja bisa.

2. Lengkapi data yang lainnya.

3. Tandai "Saya menerima Persyaratan dan Layanan" sebagai bukti bahwa Anda setuju. BTW Anda sudah membacanya?

Setelah lengkap, klik tanda panah yang bertuliskan lanjutkan.

Form Pendaftaran 1

Form Pendaftaran 2
Langkah 3: Membuat Blog
Memilih Nama Blog dan URL Blog
Jika Anda berhasil, Anda akan dibawa ke halaman seperti pada gambar dibawah. Jika gagal? Gagal biasanya karena verifikasi kata Anda salah. Itu wajar karena sering kali verifikasi kata sulit dibaca. Yang sabar saja, ulangi sampai benar. Saya sendiri sampai mengulang 3X.

Setelah Anda berhasil mendaftar, Anda akan dibawa ke halaman seperti yang ada pada gambar dibawah. Sekarang Anda mulai membuat blog dengan mengisi nama dan alamat blog Anda.



Jika Anda membuat lensa dengan tujuan mempromosikan produk Anda atau produk afiliasi, maka dalam memilih nama, harus berisi nama produk atau jasa yang akan Anda tawarkan. Misalnya jika Anda ingin menjual ebook saya, Anda bisa memilih kata kunci seperti motivasi, sukses, berpikir positif, dan kata-kata kunci lainnya yang sesuai.

Anda juga bisa meneliti kata kunci yang paling banyak dicari orang (tentu harus berhubungan dengan produk yang Anda jual) di
https://adwords.google.com/select/KeywordToolExternal

Anda bisa mengecek ketersediaan alamat blog yang Anda pilih. Jika tersedia bisa Anda lanjutkan. Jika tidak tersedia, maka Anda harus kreatif mencari nama lain atau memodifikasi alamat yang sudah ada, misalnya ditambahkan abc, xzy, 101, dan bisa juga dengan menyisipkan nama Anda.

Lanjutkan dengan klik tanda panah bertuliskan LANJUTKAN.

Proses Pembuatan Blog
Langkah ke 4 Blog Template
Pilih desain yang sesuai dengan selera Anda.
Berhasil? Tentu saja berhasil, memang mudah koq. Jika berhasil, Anda akan diarahkan ke halaman seperti yang ada pada gambar dibawah.

Pilihlah tema yang sesuai dengan selera Anda. Jika tidak ada yang sesui dengan selera Anda, jangan khawatir, nanti masih banyak pilihan tema yang bisa Anda install sendiri. Sekarang pilih saja tema agar proses pembuatan blog bisa diselesaikan. Anda bisa preview tema dengan klik gambarnya.

Untuk Memilih tema Anda klik (tandai) bulatannya o seperti pada gambar dibawah. Lihat yang saya tunjuk dengan panah merah buatan saya.

Setelah itu Anda klik tanda panah yang bertuliskan LANJUTKAN

Memilih Tema
Belajar Membuat Blog Selesai
Sekarang tinggal posting, pengaturan, dan tata letak
Selamat, sekarang Anda sudah memiliki sebuah blog. Sekarang Anda sudah mulai bisa memposting pemikiran Anda di blog dan dibagi ke seluruh dunia (eh Indonesia).

Memang masih ada beberapa hal yang harus Anda lakukan, yaitu pengaturan, tata letak, penambahan eleman, dan penggantian tema jika Anda menginginkan tema yang lain. Ini untuk tingkat lanjut.

Setidaknya, Anda sudah memiliki blog dan bisa posting. Hal ini sudah cukup untuk tahap awal. Untuk mendalami masalah Blog lebih dalam, saya anjurkan Anda membaca ebook Nge-Blog Dapat Duit.

Pada ebook tersebut, bukan hanya diajarkan cara nge-blog, tetapi juga bagaimana mendapatkan uang dari blog. Saya sendiri sudah membuktikannya, saya mendapatkan uang dari ngeblog. Jangan heran kalau saya rajin ngeblog.
Here's my favorite link:
Download Nge Blog Dapat Duit!

CARA BUAT FACEBOOK

Cara Daftar Facebook

Langkah Pertama: Buka alamat www.facebook.com, trus isi data kayak dibawah nie nihh,


Nama lengkap :------ (isi nama lengkapmu/terserah)
emailmu : ----- ( nie entar bwt login difacebook)
Password : ******* ( isi password)
I am : ---- ( pilih male/female)
Birthday : bulan - tgl - taon (isi dengan tanggal lahirmu)

Setelah selesai ngisi tuh data, langsung aja klik tombol Sign Up tuh yang warna ijo. Ntar kamu diminta untuk masukin 2 buah kata. kayak gini niehhh...


Setelah itu klik tombol sign up yang warna ijoo..udah gitu aja?? blom dunks, kamu diminta untuk verifikasi uktuk daftar facebook. cara verifikasinya. Buka email yang tadi kamu pakai untuk daftar facebook, trus buka isi email dari facebook and klik link yang dikasi buat verifikasi...

Langkah Kedua: Oke tuh tadi masih awal2 nya.. Setelah kamu melakukan verifikasi, nanti ada 4 step yang kita lakukan.
===|Step 1 : Konfirmasi teman di facebook berdasarkan daftar email yang ada pada email kamu atau bisa di Skip this step (langsung langkah selanjutnya)



===|Step 2 : kamu bisa masukkan email lain yang mungkin itu email temen kamu yang udah daftar di facebook, trus kamu mau menambahkannya jadi temenmu ato kamu bisa skip this step.



===|Step 3 : Mengisis data tentang sekolahmu, universitas, dan pekerjaan atau kamu bisa skip this step.

===|Step 4 : Facebook merekomendasikan beberapa orang yang mungkin kamu kenal dan bisa di add jadi temenmu atau kamu bisa Skip this step.

Trus isi kota tempat tinggal mu..



Langkah terakhir: Upload foto terkeren mu hehehheeee...

Selasa, 25 Agustus 2009

Ano Setiabudi

 
Posted by Picasa

PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA

PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA

1. Apa manfaat kapsul vitamin A untuk balita ?
? Menjaga kesehatan mata dan mencegah kebutaan
? Meningkatkan daya tahan tubuh
? Bila terkena diare, campak atau infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak akam menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak.

2. Kapan kapsul vitamin A diberikan ?
a. Secara periodik, untuk:
Anak balita 6 ? 59 bulan, diberikan 1 (satu0 kapsul secara serentak setiap bulan pebruari dan Agustus.
1) Umur 6-11 bulan:
Kapsul biru (100.000 SI)
2) Umur 12-59 bulan:
Kapsul merah (200.000 SI)

b. Pada kejadian tertentu
1) Bila ditemukan kasus xerophtalmia, campak, diare ISPA dan gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmik kwashiorkor).
Tindakan yang harus dilakukan adalah:
- Saat ditemukan :
Berikan 1 (satu) kapsul vitamin A warna merah atau biru sesuai umur
- Hari Berikutnya :
Berikan 1 (satu) kapsul vitamin A warna merah atau biru sesuai umur
- Dua minggu berikutnya :
Berikan 1 (satu) kapsul vitamin A warna merah atau biru sesuai umur

2) Bila ada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, pnemonia, diare, gizi buruk dan infeksi lain.
Kepada seluruh balita di wilayah tersebut diberi satu kapsul vitamin A sesuai umur. Bila balita tersebut telah menerima kapsul vitamin A terakhir sebelum mencapai 30 hari pada saat kejadian KLB maka kepada balita tersebut tidak dianjurkan lagi untuk diberikan kapsul vitamin A.


3) Kejadian bencana alam
Seluruh balita di wilayah bencana alam/pengungsian diberi satu kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur.

4) Sweeping
Sweeping adalah salah satu upaya untuk menjaring sasaran dalam meningkatkan pemberian kapsul vitamin A. Hal ini dilakukan bila masih terdapat sasaran yang belum mendapat kapsul vitamin A pada hari pemberian yang telah ditentukan dalam bentuk kunjungan rumah.

3. Dimana memperoleh kapsul vitamin A ?
? Posyandu
? Polindes (Bidan Desa)
? Puskesmas Pembantu (Pustu)
? Puskesmas
? Praktek swasta (Bidan, Rumah Bersalin, Klinik Bersalin, dll)
? Kelompok KIA

4. Bagaimana memberikan kapsul vitamin A kepada bayi dan anak balita ?
Gunting ujung kapsul, keluarkan isi kapsul dengan memencet kapsul sampai semua isinya masuk ke mulut anak.
5. Siapa yang memberikan kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita ?
? Petugas Kesehatan
? Bidan Desa
? Tokoh Masyarakat
? Kepala Desa
? Ketua RT?RW
? Kader
? Orang tua/Keluarga

Sabtu, 15 Agustus 2009

Sistim Endokrin

Sistim endokrin
Pengertian
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati dutus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormone.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormone (hormone tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dasi satu macam hormone atau hormone ganda misalnya kelenjar hopofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Fungsi kelenjar endokrin
1. menghasilkan hormone-hormon yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu
2. mengontrol aktifitas kelenjar tubuh
3. merangsang kelenjar tubuh
4. merangsang pertumbuhan jaringan
5. mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus halus
6. mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral dan air
pembagian di dalam tubuh
kelenjar hipofise
suatu kelenjar endokrin yang terletak didsar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dan semua organ-organ endokrin.
Dapat dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hormon-hormon yang dihasilkannya dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus.
Lobus anterior (adenohipofise). Menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
1. hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.
2. hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin.
3. hormon adrenokotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.
4. hormon gonadotropik berasal dari follicle stimulanting hormone (FSH) yang merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis.
5. luteinizing hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium dan testosteron dalam testis. Interstitial cell stimulating hormone (ICSH)
lobus posterior disebut juga Neurohipofise. Mengeluarkan 2 jenis hormon;
1. hormon anti dieretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal membuat kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon pituitrin.
2. hormon oksitoksin merangsang dan mengeluarkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid.
Kelenjar tiriod
Trdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding laring.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar tirioid ini dapat memproduksi hormon tiroksin.
Adapun fungsi dari hormon tiroksin; mengatur pertukaran zat/metabolisme dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu; koloidae tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Sekresi ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limfe.
Fungsi kelenjar tirioid, terdiri dari;
1. bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
2. mengatur penggunaan oksidasi
3. mengatur pengeluaran karbondioksida
4. metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan
5. pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
Hipofungsi dapat menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema.
Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksotalmikgoiter. Sekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofise yaitu hormon tirotropik.
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dan bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan mengatur pengeluaran karbodioksida.
Hiposekresi hipotiroidisme. Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik, pada orang dewasa kekurangan sekresi menyebabkan miksedema proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lambat, cara berfikir dan berbicara lamban, kulit menjadi tebal dan keringat, rambut rontok, suhu badan dibawah normal dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi penambahan sekresi kelenjar tiroid disebut hipertiroid dimana semua gejalanya merupakan kebalikan dari miksedema yaitu; kecepatan metabolisme meningkat suhu tubuh tinggi, berat badan turun, gelisah, mudah marah, denyut nadi naik.
Vaskuler mencakup fibrilasi atrium kegagalan jantung pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit trauma atau gondok eksoptalmus, mata menonjol keluar, efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid, ada kalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Kelenjar paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini berjumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau hormon para tiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor didalam tubuh.
Hipoparatiroidisme. Terjadinya kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang khususnya pada tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat diiringi dengan pemberian kalsium.
Hiperparatiroidisme. Biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos, disebut osteomelitis fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
Fungsi paratiroid;
1. mengatur metabolisme fospor,
2. mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti; kelemahan pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urine, dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patah tulang spontan.
Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada kelenjar paratiroid.
Kelenjar timus
Terletak di dalam mediastinum di belakan os sternum, kelenjar timus hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun.
Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan tersiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berikut lagi.
Adapun hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi sebagai berikut:
1. mengaktifkan pertumbuhan badan.
2. mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
Kelenjar supra renalis/adrenal
Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Unya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu;
1. bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks.
2. bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor arenalin (nor epinefrin).
Zat-zat tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarapan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan darah guna melawan shok.
Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah; hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot.
Pada insufiesiensi adrenalin (penyakit addison) pasien menjadi kurus dan nampak sakit paling lemah, terutama karena tidak adanya hormon ini, sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium dalam jumlah terlampau banyak, penyakit ini diobati dengan kortison.
Fungsi kelenjar suprarenalis bagian korteks terdiri dari;
1. mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.
2. mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.
3. mempengaruhi aktifitas jringan limpoid.
hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. Hiperfungsi. Kelainan-kelainan yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks dengan gejala-gejala pada wanita biasa, terjadinya gangguan pertumbuhan seks sekunder.
Fungsi kelenjar suprarenalis bagian medula terdiri dari;
1. vaso kontruksi pembuluh darah perifer.
2. relaksasi bronkus.
3. kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk mengurangi perdarahan pada operasi kecil.
Kelenjar pienalis (epifise)
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah seperti sebuah kamera. Terletak dekat korpus.
Fungsinya belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin.
Kelenjar pankreatika
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin.
Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin
Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan mengunakan glukosa dan lemak.
Pulau langerhans
Pulau langerhan berbentuk oval tersebar di seluruh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.
Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau larenghans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar granulasi dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi insulin, yang lainnya menghasilkan polipeptida dari pankreas diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.
Fungsi kepulauan langerhans; sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida pankreas, serta menghambat sekresi glikogen.
Kelenjar kelamin
Kelenjar testika. Terdapat pada pria terletak pada skrotum menghasilkan hormon testoteron.
Fungsi hormon testoteron, menentukan sifat kejantanan, misalnya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Kelenjar ovarika, terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus.
Menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, hormon ini mempengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain.


Persarafan

BAB I
PENDAHULUAN


A. PENGERTIAN
Salah satu organ yang berfungsi untuk menyelengarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.

B. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF
Pembagian susunan saraf terdiri dari:
1. Susunan saraf sentral
a. Medula spinalis.
b. Otak
(1) Otak besar (serebrum)
(2) Batang otak (trunkus serebri)
(3) Otak kecil (serebelum)
2. Susunan saraf perifer
a. Susunan saraf somatik
b. Susunan saraf otonom
(1) Susunan saraf simpatis
(2) Susunan saraf para simpatis





















BAB II
PEMBAHASAN



A. SUSUNAN SARAF SENTRAL

1. MEDULA SPINALIS (Sumsum Tulang Belakang)

Bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis bersama ganglion radik posterior yang terdapat pada setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan. Organ ini mengurus persarafan tubuh, anggota bdan serta bagian kepala. Dimulai dari bawah medula oblongata setinggi korpus vertebra servikalis I memanjang sampai ke korpus vertebra lumbalis I dan II.

a. Bentuk Medula Spinalis
Sama halnya dengan otak berada dalam sakus arakhnoid yang berisi cairan otak, sakus arakhnoid berakhir di dalam kanalis vertebralis dalam tulang sakrum.
Dalam medula spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari:
(1) Servival : 8 pasang
(2) Torakal : 12 pasang
(3) Lumbal : 5 pasang
(4) Sakral : 5 pasang
(5) Koksigial : 1 pasang
Medula spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada bagian atas menuju ke bagian bawah sampai servikal dan torakal, pada bagian ini terdapat pelebaran dari vertebra servikal IV sampai vertebra torakal II pada daerah lumbal pelebaran ini semakin kecil disebut konus medularis.
Konus ini berakhir pada vertebra lumbal I dan II, akar saraf yang berasal dari lumbal bersatu menembus foramen intervertebralis.
Penyebaran semua saraf medula spinalis, dimulai dasi torakal I sampai lumbal II mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk fleksus dan ini akan membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari:
(1) Fleksus servikalis, dibentuk oleh cabang-cabang servikal anterior, cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus assesorius.
(2) Fleksus brakialis. Dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari saraf
servikal 4 dan torakal 1, saraf terpenting nervus mediana;

? Nervus ulnaris radialis
? Mempersarafi anggota gerak atas
(3) Fleksus lumbalis. Dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12 saraf terbesar yaitu;
? Nervus femoralis
? Nervus obturatoir
? Dibentuk oleh saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah
Sumsum belakang dibungkus oleh 3 selaput yaitu;
? Duramater (selaput luar)
? Arakhnoid (selaput jaringan)
? Piameter (selaput dalam).
Diantara duramater dan arakhnoida terapat lubang disebut kandung duramater.

b. Pembagian Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang ada 2 macam zat;
(1) zat putih sebelah luar. Terdapat diantara berkas depan kiri dan kanan dari selaput benang saraf.
(2) Zat kelabu sebelah dalam. Dibentuk oleh sel saraf (ganglio) berkatup banyak, didalamnya terdapat jaringan penunjang (mongolia).
Akar saraf sumsum tulang dibentuk oleh;
? Akar depan. Berasal dari sel ganglion di dalam tanduk depan masuk ke dalam alur sisi depan.
? Akar belakang. Mulai dari simpul saraf sumsum belakang masuk ke dalam alur sisi belakang.

c. Fungsi Medula Spinalis
Terdiri dari;
(1) Pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu motorik atau kornu ventralis.
(2) Mengurus kegiatan refleks-refleks spinalis serta refleks lutut.
(3) Menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot dan sendi ke serebelum.
(4) Sebagai penghubung antar segmen medula spinalis.
(5) Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.




2. OTAK
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.

a. Bagian-bagian Otak
(1) Serebrum (Otak besar).
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosa kranalis anterior atas dan fosa kranalis media.
Otak mempunyai 2 permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian kortek serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf.
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu;
? Lobus frontalis, adalah bagian dari erebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
? Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh karaco oksipitalis.
? Oksifitalis, yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri. Disamping pembagian dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsinya dan banyaknya area, secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian;
? Korteks Sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh tergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Disamping itu juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
? Korteks Asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri-sendiri, kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berfikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus frontalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
? Korteks motoris. Menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontra lateral.
? Korteks Pre-frontal. Terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.
Fungsi serebrum terdiri dari;
? Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.
? Pusat pernafasan yang menangani; aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori.
? Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

(2) Batang Otak (Trunkus serebri)
Diensefalon ke atas berhubungan dengan serebrum dan medula oblongata ke bawah dengan medula spinalis. Serebrum melekat pada batang otak di bagian medula oblongata, pons varoli dan mesensepolon. Hubungan serebelum dengan medula oblongata disebut korpus retiformi, serebelum dengan pos varoli disebut brakium pontis dan serebelum dengan mesensepalon disebut brakium konjungtiva.
Batang otak terdiri dari:
(a) Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesensepolon,kumpulan dari sel saraf yang terdapat dibagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap ke samping.
Fungsi dari diensefalon;
? Vaso kontuktor, mengecilkan pembuluh darah.
? Respiratori membantu proses persarafan.
? Mengontrol kegiatan reflek.
? Membantu pekerjaan jantung.
(b) Mesensepolon. Atap dari mesensepalon terdiri dari 4 bagian yang menonjol ke atas, 2 disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan 2 sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Fungsinya terdiri dari;
? Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
? Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
(c) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensepolon dengan pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum diantara otak tengah dan medula oblongata di sini terapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan reflek.


Fungsi dari Pons varoli terdiri dari:
? Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata dengan serebelum atau otak besar.
? Pusat saraf nervus trigeminus.
(d) Medula oblongata. Merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Fungsi dari medula oblongata, merupakan organ yang menghantarkan impuls dari medula spinalis dan otak yang terdiri dari;
? Mengontrol pekerjaan jantung
? Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstruktor)
? Pusat pernapasan (respiratory center)

(3) Serebelum (Otak kecil)
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura tranversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medula oblongata.
Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi).
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea terdiri dari 3 lapisan:
? Lapisan granular luar
? Lapisan purkinye
? Lapisan granular dalam
Fungsi sereberum;
(a) Arkhioserebelum (vestibulo serebelum), serabut aferen berasal dari telinga dalam diteruskan oleh venus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak.
(b) Paleaserebelum (spinoserebelum), sebagai pusat penerima impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. Trigeminus) kelopak mata, rahang atas dan bawah serta otot pengunyah.
(c) Neoserebelum (Ponto Serebelum), korteks serebelum menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan.
b. Saraf Kepala (Saraf Otak)
Susunan saraf terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak berhubungan erat dengan otot panca indera; mata, telinga, hidung, lidah dan kulit.
Di dalam kepala ada 2 saraf kranial, beberapa diantaranya adalah serabut campuran gabungan saraf motorik dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf motorik saja atau hanya sensorik saja. Saraf otak terdiri dari:

Urutan
saraf Nama saraf Sifat saraf Memberikan saraf
Untuk dan fungsinya
1. Nervus olfaktorius sensorik Hidung sebagai alat penciuman
2. Nervus optikus Sensorik Bola mata untuk penglihatan
3. Nervus Okulomotoris Motorik Penggerak bola mata dan mengangkat kelopak mata
4. Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan penggerak bola mata
5. Nervus trigeminus Motorik & sensorik
N. optalmikus Motorik & sensorik Kulit kepala dan kelopak mata atas
N. maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan hidung
N. mandibularis Motorik & sensorik Rahang bawah dan lidah
6. Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
7. Nervus fasialis Motorik & sensorik Otot lidah menggerakan lidah dan selaput lendir rongga mulut
8. Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
9. Nervus glossofaringeus Sensorik & motorik Faring, tonsil dan lidah, rangsangan cita rasa
10. Nervus vagus Sensorik & motorik Faring, laring, paru-paru dan esofagus
11. Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
12. Nervus hipoglosus Motorik Lidah, cita rasa dan otot lidah



B. SUSUNAN SARAF PERIFER
1. SARAF SOMATIK
Susunan saraf somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang.

a. Serabut Saraf Anggota Gerak Atas
Fleksus brakialis terdapat di atas rongga toraks merupakan saraf-saraf segmen servikal IV hingga torakal I membentuk jalan saraf yang mempersarafi lengan. Saraf servikal membentuk nervus medianus mempersarafi antara lain otot fleksor lengan bawah yang berfungsi mengetulkan lengan dan jari, cabang sensoris nervus medianus mempersarafi kulit, telapak tangan mulai dari ibu jari sampai tangan setengah bagian radikal jari ke-4.
Saraf servikal IV dan torakal I membentuk nervus ulnaris mempersarafi otot tangan di daerah hipotenar (telapak tangan) pada sisi tulang hasta, saraf ini mengandung cabang sensoris yang mempersarafi kulit, telapak tangan dari jari ke-5 dan setengah bagian ulna jari manis.
Saraf servikal V dan VI bagian dorsal membentuk nervus aksilaris yang mempersarafi muskulus deltoid, saraf servikal V dan VII membentuk nervus radialis yang mempersarafi otot-otot ekstensor, kulit lengan dan tangan bagian dorsal.

b. Serabut Saraf Anggota Grak Bawah
Fleksus lumbo sakralis, saraf-saraf spinal hingga sakral V membentuk jala saraf yang mensarafi tungkai jala, tersusun dalam 2 bagian-nagian dorsal dan yang ventral
Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genito femoralis yang mengurus persarafan kulit daerah genetalia dan paha atas bagian medial.
Saraf lumbal II-IV bagian ventral membentuk nervus obturotarius yang mensarafi otot obturatori dan abduktor paha, bagian sensoris mengurus sendi paha.
Saraf lumbal II-IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi muskulus quadriseps femoris. Lumbal II dan III bagian dorsal juga membentuk saraf quadratus fenoris lateralis yang mensarafi kulit paha bagian lateral.
Saraf lumbal IV-sakral III bagian ventral membentuk nervus tibialis.
Saraf lumbal IV-sakral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus peroneus atau fibularis komunis.
Nervus tibialis mensarafi otot-otot fleksor di tungkai bawah kulit di daerah ini dan kulit di daerah telapak kaki.
Nervus fibularis komunis (N. peroneus komunis) bercabang 3 yaitu;
? Nervus fibularis superfisialis mensarafi otot ekstensor di tungkai bawah yang berfungsi mengetulkan kaki kea rah dorsal, cabang sensoris mempersarafi kulit tungkai.
? Nervus fibularis profundus fungsinya sama dengan nervus fibularis superfisialis
? Nervus rekurens artikularis mempersarafi sendi lutut.

2. SARAF OTONOM
Saraf-saraf yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis, oleh karena itu disebut juga saraf tak sadar.
Menurut fungsinya susunan saraf otonom terdiri dari 2 bagian yaitu;

a. Sistim simpatis
Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.
Fungsi serabut saraf simpatis terdiri dari;
(1) Mensarafi otot jantung.
(2) Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar.
(3) Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus.
(4) Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat.
(5) Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit.
(6) Mempertahankan tonus semua otot sadar.

b. Sisitim Parasimpatis
Fungsi serabut saraf parasimpatis terdiri dari:
(1) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingual, sub mandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
(2) Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung berpusat di nuklei lakrimalis, saraf-sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
(3) Mempersarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis), berpusat di nukleus salivatorius suferior,
(4) Mempersarafi parotis yang berpusat di nukleus salivatorius inferior di dalam medula oblongata,
(5) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, gastrointestinum, ginjal, ginjal, pankreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nukleus dorsalis nervus X.
(6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rektum, vesika urinaria dan alat kelamin berpusat di sakral II, III dan IV.
(7) Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflek yang berpusat di kornu lateralis medula spinalis bagian sakral, bila kandung kemih dan rektum tegang miksi dan defekasi secara reflek, pada orang dewasa reflek ini dapat dikendalikan oleh kehendak, saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal sari korteks di daerah lobus para sentralis.

ORGAN TUBUH DAN SISTEM PENGENDALIAN GANDA
ORGAN-ORGAN RANGSANGAN SIMPATIS RANGSANGAN PARASIMPATIS
? Jantung
? Arteri koronari
? Pembuluh darah perifer
? Tekanan darah
? Bronkus
? Kelenjar ludah
? Kelenjar lakrimalis
? Pupil mata
? Sistem pencernaan makanan (SPM)
? Kelanjar-kelenjar SPM
? Kelenjar keringat ? Denyut dipercepat
? Dilatasi
? Vasokontriksi
? Naik
? Dilatasi
? Sekresi berkurang
? Sekresi berkurang
? Dilatasi
? Peristaltik berkurang
? Sekresi berkurang
? Ekserasi bertambah ? Denyut dipercepat
? Kontriksi
? Vasodilatasi
? Turun
? Kontriksi
? Sekresi bertambah
? Sekresi bertambah
? Kontriksi
? Peristaltik bertambah
? Sekresi bertambah
? Ekserasi berkurang










BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Salah satu organ yang berfungsi untuk menyelengarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh adalah sisitem persarafan.
Pembagian susunan saraf terdiri dari: Susunan saraf sentral yaitu medula spinalis dan otak sedangkan susunan saraf perifer yaitu susunan saraf somatic dan susunan saraf otonom.
Susunan saraf somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Sedangkan susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot tak sadar (otot polos) seperti jantung, hati, pankreas, jalan pencernaan, kelenjar dan lain-lain.

B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penyusun umumnya bagi semua pembaca. Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan mohon kritik serta saran yang berguna bagi perbaikan makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA


Drs. H. Syaifudin,B.Ac., 1997, Anatomi Fisiologi, Untuk Siswa Perawat, Edisi 2,
Jakarta ; EGC

Jumat, 07 Agustus 2009

kebidanan komprehensif

BAB II
TINAJAUAN TEORITIS

Asuhan kebidanan bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, hasil dari asuhan kebidanan dapat dibuktikan di Negara-negara dimana pelayanan kebidanan terintegrasi, asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan dan promosi kesehatan yang bersifat holistic. Dalam Bab II ini akan dibahas asuhan kebidanan secera komprehensif dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

A. Antenatal Care
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim. Prenatal care adalah pengawasan intensif sebelum kelahiran.

1. Tujuan Pemeriksaan Ibu Hamil
Tujuan umum :
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu pada khususnya dan keluarga pada umumnya selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Tujuan khusus :
a. Mengenali dan memberikan penagnan pada penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c. Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

2. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
a. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
1) Satu kali pada trimester I
2) Satu kali pada trimester II
3) Dua kali pada trimester III
b. Pelayanan/asuhan antenatal standar minimal (termasuk 7 T)
1) Timabang berat badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi Tetanus toksoid yang lengkap
5) Pemberian Tablet zat besi, minum 90 tablet selama kehamilan
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

3. Pemeriksaan Ibu Hamil
a.Trimester I
Anamnesa
1. Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya.
2. Riwayat kehamilan sekarang meliputi:
HPHT (hari pertama haid terahir)
a) Subyektif
Anamnesis
Anamnesis pada asuhan antenatal bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan keluhan yang dirasakan ibu. Kunjungan pertama merupakan kesempatan pertama untuk membuat ibu merasa nyaman berbicara tentang dirinya. Komponen-komponen dalam riwayat pada kunungan antenatal pertama:
(1) Informasi biodata:
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat ibu dan suami.
(2) Riwayat kehamilan sekarang:
(a) HPHT dan apakah normal dan dapat menentukan taksiran persalinan
(b) Gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi)
(c) Keluhan utama: keluahan yang dirasakan oleh ibu
(3) Riwayat haid
(a) Menarche pertama kali mendapatkan haid pada umur berapa.
(b) Keteraturan siklus terdiri atas:
- Lamanya haid
- Panjang-lamanya haid
- Banyaknya atau jumlah haid dalam satu siklus
- Adanya dismenorhoe
(4) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
(a) Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan aterm, persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (forcep, vakum, atau operasi SC).
(b) Riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.
(c) Hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan sebelumnya.
(d) Perinci keadaan anak yang dilahirkan; jenis kelamin, berat lahir, dan panjang lahir, ketika lahir apakah keluarnya spontan atau tidak, aterm atau tidak, letak normal atau letak sungsang jika letak normal bagaimana presentasinya, bagaimana keadaan sekarang dan berapa usianya.
(e) Ketika ibu melahirkan anak tersebut apakah terjadi perdarahan, bagaimana pengeluaran plasenta dan bagaimana pada nifasnya.
(f) Adakah penyakit atau tindakan yang menyertai kehamilan dan persalinannya terdahulu seperti hiperemisis, preeklamsi, perdarahan antepartum, perdarahat post partum, penggunaan alat-alat obstetik, seksio sesana.
(5) Adakah penyakit sistemik seperti; jantung, paru, ginjal, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit kelamin.
(6) Riwayat penyakit keluarga seperti epilepsi, astma, hipertensi, DM.
(7) Riwayat kehamilan sekarang:
(a) Menanyakan hari pertama haid terahir. Hal ini digunakan untuk menghitung taksiran kehamilan dan usia kehamilan.
(b) Pemeriksaan antenatal:
Pertama kali digunakan pada usia kehamilan berapa, berapa kali dilakukannya, siapa yang melakukan ANC, pernah minum obat apa saja, apakah sudah diberikan imunisasi, nasihat apa yang pernah diterima, kapan merasakan gerakan janin pertama kali.
(c) Komplikasi kehamilan sekarang seperti; pusing, kunang-kunang, bengkak di kaki, perdarahan, kejang-kejang, gangguan kesadaran.
(d) Adakah penyakit lain dalam kehamilan seperti; jantung, DM, infeksi virus, bakteri, protozoa, dan penyakit kelamin.
(e) Penggunaan alat kontrasepsi sebelum kehamilan yang sekarang.
(f) Pola sehari-hari yang dilakukan ibu mencakup; pola nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, aktifitas dan pola sesual.
(8) Riwayat Sosial
(a) Status perkawinan
(b) Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu
(c) Dukungan keluarga
(d) Pengambilan keputusan dalam keluarga
(e) Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum-minuman keras, mengkomsumsi obat-obatan terlarang.
(f) Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan

b) Obyektif
Pemeriksaan umum
(1) Pucat:
Observasi dari konjungtiva, telapak tangan dan lidah dapat menduga adanya anemia.
(2) Kesadaran:
Compos Mentis ( kesadaran baik ) gangguan kesadaran (apatis, somnolen, spoor, koma)
(3) Tinggi badan
Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tingi yang kurang dari 145 ada kemungkinan dapat mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalus Pelvic Disporpotion).
(4) Berat badan
Ukur berat badan dalam kg dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Selama hamil akan terjadi kenaikan berat badan sebesar ½ kg per minggu. Pada trimester l kenaikan ±5 kg.
Kenaikan berat badan ibu hamil bisa dihitung melalui ideks Massa Tubuh/ Body Mass Index
• Berdasarkan BMI (Body Mass Index) :
- Underweight < 19,8 kg/m2
- Normoweight 19,8-26 kg/m2
- Overweight >26 kg/m2
• Kenaikan berat badan yang dibutuhkan selama kehamilan
- Underweight : 12,5-18 kg
- Normoweight : 11,5-16 kg
- Overweight : 7-11,5 kg

Rumus menghitung BMI : BB (kg) (sebelum hamil)
(TB(M))2
(5) Bentuk tubuh :
Perhatikan cara berdiri dan berjalan. Bila tampak kelainan tulang belakang dan panggul maupun tungkai kita harus mencurigai kemungkinan tulang panggul yang menyebabkan kesulitan persalinan.
(6) Tensi :
Normal 110/80 – 140/90
(7) Nadi :
Normal (60 – 100/menit). Bila abnormal mungkin ada kelainan jantung atau paru-paru.
(8) Pernafasan :
Normal (20-24/menit). Bila abnormal mungkin ada kelainan paru-paru atau jantung.
(9) Suhu :
Bila terasa demam dengan perabaan, harap suhu diukur dengan thermometer (normal 36-37oC) bila suhu lebih tinggi dari 37oC dikatakan demam, mungkin ada infeksi.
(10) Kuning:
Harus kita curigai adanya penyakit hati.

Pemeriksaan Fisik Umum
(1) Muka:
Inspeksi adanya oedema. Hal ini mungkin gejala oedema umum. Periksa konjungtiva untuk memperkirakan adanya anemia.
(2) Mulut/gigi:
Periksa adanya karies, gangren pulpa, tonsilitis atau faringitis. Hal tersebut merupakan sumber infeksi.
(3) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui; pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan peningkatan vena jugularis.
(4) Payudara
- bentuk, ukuran dan kesimetrisan
- puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
- adanya kolostrum atau cairan lain
- retraksi atau dipling
- masa atau pembesaran pembuluh limfe
(5) Paru-paru
Lakukan inspeksi pada waktu bernafas bila bentuk dada simetris berarti normal. Bila bentuk dada abnormal kemungkinan adanya kelainan paru-paru. Bila ada keluhan bentuk lebih dari 2 minggu tidak sembuh dengan pengobatan patut dicurigai adanya kelainan paru-paru.
(6) Jantung:
Inspeksi bila tampak kemungkinan ada kelainan jantung yang dapat meningkatkan terjadinya risko yang lebih tinggi baik bagi ibu maupun bayinya.
(7) Abdomen
Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
(8) Tangan dan kaki
(a) Memeriksa apakah tangan dan kaki oedema atau pucat pada kuku jari
(b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varices.
(c) Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper.
(9) Panggul
Genital luar
(a) Memeriksa labia mayora dan minora, kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varices, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau).
(b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui adanya pembengkakan atau masa atau kista cairan.

Menggunakan speculum
(1) Memeriksa servik untuk melihat adanya cairan atau darah, luka/lesi, apakah servik sudah membuka atau belum.
(2) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan atau darah dan luka.

Pemeriksaan Bimanual
(1) Mencari letak servik dan merasakan untuk pembukaan (dilatasi) dan nyeri karena gerakan (nyeri tekanan atau nyeri goyang).
(2) Menggunakan dua tangan diatas abdomen, dua jam di dalam vagina untuk palpasi uterus; ukuran, bentuk dan posisi, mordibilitas, rasa nyeri dan masa.
Untuk pemeriksaan menggunakan speculum dan bimanual dilakukan pada trimester I dan III.

c) Data Penunjang
Pemeriksaan Haemoglobin
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar 10,5 gr% pada trimeste 2.
Nilai batas tersebut ada perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya anemia. Dilakukan secara rutin pada kunjungan pertama, pada kehamilan 32 minggu dan jika diperlukan.
Alat yang digunakan:
(1) Hemoglobinometer sahli-Helige.
(2) HCL 0,1 N
(3) Akuades
(4) Blood lancet

Pemeriksaan protein urine
Dilakukan untuk menemukan adanya penyakit ginjal dan pre-eklamsia. Terdapatnya proteinuria mengubah diagnosis hipertensi dalam kehamilan menjadi pre-eklamsia.
Diperiksa dengan cara 5 ml urine dicampur dengan 0,5 ml reagen bang kemudian dipanaskan.
Alat yang digunakan:
(1) Reagen bang
(2) Tabung reaksi
(3) Penangas air
Hasil:
- Jernih : (-)
- Terdapat kekeruhan : (+)/< 10 mg%
- Terdapat sedikit butiran : (+)/10-50 mg%
- Terdapat banyak butiran : (++) / 50-200 mg%
- Terdapat lempengan : (+++) 200-500 mg%
- Menggumpal : (++++) /> 500 mg%

Pemeriksaan glukosa
Dilakukan untuk menemukan diabetes gestasional atau diabetes tak terdiagnosis. DMG (Diabetes Melitus Gestasional) hanya merupakan gangguan metabolisme yang ringan, tetapi hiperglikemia yang ringan tetap dapat memberikan penyulit pada ibu, berupa:
(1) Pre-eklamsia
(2) Polihidramion
(3) Infeksi saluran kemih
(4) Persalinan SC
(5) Trauma persalinan akibat bayi besar
Diperiksa dengan cara 0,5 ml urine ditambah dengan 5 ml reagen benedict kemudian dipanaskan.
Alat yang digunakan:
(1) Reagen benedict
(2) Tabung reaksi
(3) Penangas air
Hasil:
- biru kehijauan tanpa endapan : (-)
- Hijau dengan endapan kuning : (+) / 0,5-1 gr/dl
- Kuning : (++) / 1-1,5 gr/dl
- Jingga : (+++) / 1,5-2,5 gr/dl
- Merah : (++++) / 2.5-4 gr/dl
Pemeriksaan USG

Anamnesa
1) Diagnona
Diagnosa dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
a) Hamil atau tidak
Tanda-tanda kehamilan dibagi 2 golongan:
(1) Tanda-tanda pasti, meliputi:
a. Mendengar bunyi jantung anak
b. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa
c. Melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau ultasound
(2) Tanda-tanda mungkin, meliputi:
a. Pembesaran, perubahan dan konsistensi rahim
b. Perubahan pada cervik
c. Kontraksi brokston hicks
d. Ballottement
e. Meraba bagian anak
f. Pemeriksaan biologis
g. Pembesaran perut
h. Keluarnya kolostrum
i. Hyperpigmentasi kulit
j. Tanda chadwick
k. Adanya amenorhoe
l. Mual dan muntah
m. Ibu merasakan pergerakan janin
n. Sering kencing
o. Perasan dada berisi dan agak nyeri
b) Primi atau multigravida
- primigravida yaitu wanita yang pertama kali hamil
- multigravida yaitu wanita yang sudah beberapa kali hamil
c) Tuanya kehamilan
Tuanya kehamilan dapat diduga dari:
(1) Lamanya amenorhoe
(2) Dari tingginya fundus uteri
(3) Dari saat mulainya terdengar bunyi jantung anak
d) Tanda-tanda kematian anak di dalam rahim
(1) Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
(2) Rahim tidak membesar, malahan fundus uteri turun
(3) Palpasi anak menjadi kurang jelas
(4) Reaksi biologis menjadi negatif, setelah anak mati kira-kira 10 hari
(5) Pada gambar rontgen terlihat; tanda spalding, tulang punggung sangat melengkung, adanya gelembung-gelembung gas dalam janin.
e) Anak tunggal atau kembar
f) Letak janin dalam rahim
Istilah letak janin dalam ilmu kebidanan mengandung 4 pengertian:
(1) Situs
Letak, yang dimaksud ialah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu.
(2) Habitus
Sikap. Yang dimaksud ialah letak bagian-bagian anak satu terhadap yang lain
(3) Positio
Posisi. Yang dimaksud ialah salah satu letak bagian anak yang tertentu terhadap dinding perut atau jalan lahir.
(4) Presentasi
Presentasi. Yang dimaksud ialah apa yang menjadi bagian terendah.
Selanjutnya setelah ibu selesai diperiksa, tanyakan apakah ia ingin menanyakan sesuatu, bila tidak ada yang ditanyakan tentukan masalah, kebutuhan, masalah potensial serta diagnosa potensial yang mungkin terjadi dan membutuhkan tindakan segera berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dengan penilaian tersebut dapat disusun secara bersama antara bidan dan ibu hamil tentang perawata kehamilan dan rencana persalinannya.
2) Masalah
Ketidaknyamanan pada trimester I
a) Mengidam makanan
b) Kelelahan/fatique
c) Peningkatan perspirasi/keringat bertambah
d) Ptyalism/sekresi air ludah yang berlebihan
e) Morning sickness
f) Emisis gravidarum
g) Kaki keram
h) Keputihan
i) Gangguan psikologis
3) Kebutuhan
a) Pendidikan kesehatan
b) Pemberian vitamin
- sedativa/antiemisis
- B kompleks, lainamin F
c) Kontrol ANC
d) Pemeriksaan USG, laboratorium
4) Diagnosa/masalah potensial
a) Hiperemisis gravidarum
b) Hamil disertai infeksi
c) Perdarahan
- abortus
- KET
- molahidatidosa
5) Tindakan segera
Kolaborasi dengan dokter jika terjadi komplikasi salah satu diatas, atau lakukan rujukan dengan menggunakan BAKSOKU

Planning
Pelayanan yang dapat diberikan bidan selama asuhan antenatal antara lain:
1) Memebritahukan kepada ibu hasil penemuan pada pemeriksaan serta menghitung usia kehamilan.
2) Memberitahu ibu mengenai ketidak nyamanan yang mungkin akan dialami ibu.
3) Pendidikan kesehatan mengenai mengatasi ketidaknyamanan, seperti;
a) Makan makanan yang bergizi yang disukai dengan porsi sedikit tetapi sering
b) Saat bangun tidur, jangan langsung turun tetapi minum air hangat terlebih dahulu
c) Hindari pencucian vagina (douching) untuk mengurangi keputihan
4) Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan
5) Pendidikan kesehatan mengenai:
a) Nutrisi
Makanan ibu hamill perlu ditambah baik kalori, protein maupun mineral untuk perkembangan bayi. Pada trimester pertama lebih ditekankan pada tambahan kalsium, karena saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan hiperemisis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium disekitar gigi. Selain itu, janin-janin dalam kandungan akan membutuhkan kalsium.
Tabel 2.2
Kebutuhan makanan sehari-hari
Ibu tidak hamil, ibu hamil dan menyusui
Kalori dan zat makanan Tidak hamil Hamil Menyusui
Kalori
Protein
Kalsium
(Ca)
zat besi
(fe)
vitamin A
vitaminD
Tiamin
Riboflavin 2000
55 g
0,5 g
12 g
5000 IU
400 IU
0,8 mg
1,2 mg
13 mg
60 mg 2300
65 g
1 g
17 g
6000 IU
600 IU
1 mg
1,3 mg
15 mg
90 mg 3000
80 g
1 g
17 g
7000 IU
800 IU
1,2 mg
1,5 mg
18 mg
90 mg

b) Aktivitas
(1) Olah raga ringan
Kegiatan olah raga pada ibu hamil tidak perlu dibatasi, tetapi tidak terlalu berat dan tidak beresiko untuk ibu dan fetus, latihan olah raga dapat meningkatkan O2 consuption, heart rate, stroke volume dan cardiac output.
(2) Istirahat
Ibu hamil perlu istirahat paling sedikit satu jam pada siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya. Tidur, istirahat dan santai sangat bermanfaat bagi ibu hamil agar tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit.
(3) Bepergian
- jangan terlalu lama dan melelahkan
- Duduk lama statis vena (vena staganis) menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak.
c) Kerja
- boleh bekerja seperti biasa
- cukup istirahat dan makan teratur
d) Kebersihan
Diperlukan kebersihan umum misalnya mandi, sikat gigi secara teratur minimal 2 kali sehari. Bila persu gigi diperiksa untuk mengetahui adanya sumber infeksi seperti caries dentis, hal ini perlu segera diobati.
e) Hubungan seksual
Hubungan seksual tiak dihalangi kecuali bila ada riwayat;
(1) sering abortus
(2) perdarahan pervaginam
(3) infeksi
jika ada riwayat tersebut maka dapat diatasi dengan penggunaan kondom.
f) Memberikan imunisasi TT 1
g) Memberikan tambahan vitamin A
h) Menjelaskan mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan:
(1) Perdarahan pervaginam
(2) Sakit kepala lebih dari biasa
(3) Gangguan penglihatan
(4) Pembengkakan pada wajah/tangan
(5) Nyeri abdomen (epigastrik)
(6) Janin tidak bergerak seperti biasanya.
i) Berikan penjelasan dan penanganan yang sesuai jika terjadi komplikasi
6) Penanganan
a) Hiperemisis gravidarum
(1) MRS
(2) Dipasang infus
(3) Sedativa
(4) B kompleks
b) Hamil disertai infeksi
(1) Konsultasi/rujuk
(2) MRS/berobat jalan
(3) Pengobatan
- analgesik
- antipiretik
- antibiotik
- tambahan vitamin
- obat khusus
(4) Konsultasi pemeriksaan
- laboratorium
- kultur
- tes sensivitas
c) Perdarahan
(1) Rujuk untuk mendapatkan pelayanan yang adekuat
(2) Sesuai dengan penyebab
b. Trimester II (sebelum minggu ke 28)
Informasi penting;
Sama seperti trimester I ditambah dengan waspada pre-eklamsi.
Pada masa ini ibu hamil dan keluarga memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayi.
Asuhan kebidanan
1) Subjektif
Sama seperti pada trimester I hanya saja lebih ditekankan pada rasa ketidaknyamanan dan keluhan utama
2) Objektif
a) Tekanan darah
b) Berat badan
c) Edema
d) Masalah dari kunjungan pertama
e) Auskultasi detak jantung
f) TFU
Tabel 2.3
Pemantauan Tumbuh Kembang (janin normal)
Usia kehamilan Tinggi Fundus
Dalam cm (spiegelberg) Menggunakan petunjuk-petunjuk badan (mac donald)
20 minggu 20 cm (± 2 cm) Pada umbilikus
22-27 minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm (± 2 cm) Pada umbilikus

3) Assesment
Tentukan diagnosa sesuai dasar-dasar;
a) Riwayat kehamilan
b) Riwayat abortus
c) Hari pertama haid terahir
d) TFU
e) BJA
4) Masalah
Biasanya pada kehamilan trimester II, keluhan berkurang, makan bertambah dan gerakan janin mulai dirasakan, kontriksi braxton hicks.
Tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi masalah-masalah sebagai berikut:
a) Edema dependen
b) Gusi berarah
c) Haemoroid
d) Insomnia
e) Keputihan
f) Konstipasi/sembelit
g) Kram pada kaki
h) Mati rasa/rasa perih pada jari-jari tangan dan kaki (jarang ditemukan)
i) Perut kembung
j) Pusing/syncope
k) Hyperventilasi
l) Nyeri ligamentum rotundum
m) Gangguan psikologis
5) Kebutuhan
a) Antenatal care
b) Penkes dalam mengatasi ketidaknyamanan
c) Tambahan vitamin Fe
d) Imunisasi tetanus
e) Pemeriksaan USG
6) Diagnosa/masalah potensial
a) IUFD
b) UGR
c) Persalinan premature
d) Pre-eklamsi ringan
e) Pre-eklamsi berat
f) Eklamsi
g) Ketuban pecah dini
h) Perdarahan
- Abortus
- Solutio plasenta
- Plasenta letak rendah
- Pecah sinus marginalis
- Pecah vasaprevia
7) Tindakan segera
Kolaborasi dengan dokter jika terjadi komplikasi diatas, atau lakukan rujukan dengan menggunakan rumus BAKSO
8) Planning
a) beritahu kepada ibu hasil penemuan pada pemeriksaan
b) pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, eliminasi, istirahat, kebersihan diri dan lingkungan.
c) Pendidikan kesehatan mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan.
d) Pendidikan kesehatan dalam mengatasi ketidaknyamanan, seperti;
(1) Hindari berdiri atau beristirahat terlalu lama
(2) Bangun secara perlahan dari posisi istirahat
(3) Hindari banyak makan-makanan yang banyak mengandung gas seperti kol dan umbi-umbian karena akan menyebabkan kembung perut
(4) Banyak minum dan makan makanan yang berserat untuk mengatasi konstipasi
(5) Gunakan tehnik relaksasi, mandi air hangat, minum-minuman hangat sebelum tidur untuk mengurangi insomnia.
(6) Mengatur pernafasan dapa saat terjadi hiperventilasi
e) Tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan bantalan pemanas pada area yang sakit
f) Memberikan tambahan vitamin Fe
g) Memberikan imunisasi TT II
h) Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi kehamilan.
i) Beritahu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur 1 bulan sekali atau jika ada keluhan
j) Penanganan
(1) Persalinan premature
(a) Konservatif
(b) Sedativa
(c) Pengobatan
(d) Gestanon
(e) Duvadilan/duphaston
(2) Pre-eklamsi ringan
(a) Antenatal care
(b) Kurangi garam
(c) Diuretik ringan
(3) Pre-eklamsi berat/eklamsi
(a) MRS:
- Tong spatel
- Infus cairan
(b) Obat spesifik
- Valium
- Magnesium sulfat
(c) Observasi 2 x 24 jam
(d) Menentukan sikap terhadap kehamilan
(4) Perdarahan, IUGR, IUFD, KPD
(a) Lakukan rujukan
(b) Sesuai dengan penyebab.
c. Trimesster III
informasi penting:
1) Antara 28-36 minggu
Sama seperti timester I dan II dan ditambah palpasi abdomen
2) Setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak janin dan tanda-tanda abnormal lain
Asuhan kebidanan
a. Subjektif
Keluhan utama
b. Objektif
Pemeriksaan umum
1) Tekanan darah
2) Berat badan
Pemeriksaan fisik umum
1) edema
2) masalah dari kunjungan pertama
3) pemeriksaan abdomen
a) mengukur TFU
Tabel 2.4
Pemantauan Tumbuh Kembang (janin normal
Usia kehamilan Tinggi fundus
Dalam cm (spiegelberg) Mengunakan petunjuk-petunjuk badan (Mac Donald)
28 minggu 28 cm (± 2 cm) Ditengah antara umbilikus dan porseseus sifoideus
29-35 minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm (± 2 cm) Ditengah antara umbilikus dan porseseus sifoideus
36 minggu 36 cm (± 2 cm) Pada porsesus sifoideus

b) melakukan palpasi untuk mengetahui letak, persentasi, posisi dan penurunan kepala janin
c) menghitung denyut jantung janin dengan stetoskop bila 18 mingu
Leopold I;
a) Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
b) Menentukan tinggi fundus uteri
c) Mengetahui bagian apa yang ada dalam fundus
d) Konsistensi uterus
Variasi menurut letak kepala atau bokong satu tangan di fundus dan tangan yang lain diatas simfisis.
Leopold II:
a) Menentukan bagian posisi janin terhadap ibu
b) Menentukan letak punggung janin
c) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Variasi menurut Budin;
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan fundus.
Leopold III;
a) Menentukan bagian terendah janin
b) Apakah bagian terendah tersebut sudah masuk pintu atas panggul atau belum.
Variasi menurut Ahfel;
Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakan tegak ditengah perut.
Leopold IV:
a) Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil
b) Seberapa jauh bagian bawah janin sudah masuk pintu atas panggul
4) Auskultasi detak jantung
Pemeriksaan oenunjang
1) Hb
2) Protein urine
3) Glukosa

c. Assesment
Tentukan diagnosa sesuai dasar-dasar:
1) Riwayat kehamilan
2) Riwayat abortus
3) Riwayat pertama haid terahir
4) TFU
5) Leopold
6) BJA
Masalah:
Sama seperti masalah pada trimester II tetapi jika terjadi perdarahan bukan diakibatkan oleh abortus, sering BAK, gangguan psikologis.
Kebutuhan:
Sama seperti trimester II dan lebih ditekankan pada persiapan persalinan
Diagnosa/masalah potensial:
Sama seperti trimester II
Tindakan segera:
Kolaborasi dengan dokter jika terjadi komplikasi diatas, atau lakukan rujukan dengan menggunakan rumus BAKSOKU
d. planning
1) Beritahu kepada ibu hasil penemuan pada pemeriksaan dan hitung usia kehamilan
2) Beri pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, eliminasi, istirahat, kebersihan diri dan lingkungan
3) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan
4) Beri tambahan vitamin Fe
5) Pendidikan kesehatan mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan dan kurangi garam dan diuretik ringan
6) Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi kehamilan.
7) Beritahu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur 1 bulan sekali yaitu tanggal =7, bulan -3, tahun =1
a) Keluhan-keluahan; ketidak nyamanan yaitu; diahea, nocturia, gatal-gatal, hidung tersumbat/berdarah, mengidam, kelelahan, keputihan, keringat bertambah, palpitasi jantung, ptyalism, mual/muntah, sakit kepala. Tanda bahaya yaitu perdarahan dari jalan lahir yaitu aortus, mola, KET dan mual muntah berlebihan.
b) Obat-obatan
c) Kehawatiran ibu hamil
8) Riwayat kehamilan yang lalu
a) berapa kali hamil
b) riwayat perdarahan kehamilan, kelahiran dan nifas
c) hipertensi
d) bayi < 2,5 kg atau 4 kg
9) Riwayat kesehatan terdahulu dan sekarang seperti:
a) Masalah kardiovaskuler
b) Hipertensi
c) DM
d) Malaria
e) PMS dan HIV/AIDS dan lain-lain
f) Imunisasi TT
10) Riwayat sosio-ekonomi
a) Status perkawinan
b) Reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan
c) Riwayat KB
d) Dukungan keluarga
e) Pengambil keputusan dalam keluarga
f) Kebiasaan makan dan gizi
g) Kebiasaan hidup sehat
h) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
i) Tempat melahirkan dan penolong
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, periksa fisik keseluruhan dan tanda-tanda kehamilan
Pemeriksaan laboratorium
1) Urine: memastiakan kehamilan, biakan bakteri
2) Darah: konsentrasi Hb (batas normal 10,5-15 g/l), HT (normal > 35), golongan darah (Rh negatif atau positif, antibosi Rh), VDRL(sipilis), HbsAg, anti rubela, antibodi HIV.
Assesment
1) Kehamilan yang ke berapa
2) Jumlah melahirkan
3) Pernah atau tidak keguguran
4) Usia kehamilan
Maslah yang sering terjadi pada kehamilan yaitu:
Ketidak nyamanan; diahea, nocturia, gatal-gatal, hidung tersumbat/berdarah, mengidam, kelelahan, keputihan, keringat bertambah, palpitasi jantung, ptyalism, mual/muntah, sakit kepala. Tanda bahaya yaitu perdarahan dari jalan lahir yaitu aortus, mola, KET dan mual muntah berlebihan.
Penanganan
1) Ketidaknyamanan:
a) Diarrhea yaitu rehidrasi oral, hindari makanan berserat, buah, sayur, laktosa dan makanan sedikit tapi sering
b) Nocturia yaitu penjelasan mengenai sebab, kosongkan saat terasa dorongan, jangan kuragi minum malam hari
c) Gatal-gatal, gunakan kompres mandi siram air sejuk
d) Hidung tersumbat/berdarah yaitu gunakan vaporizer udara dingin
e) Mengidam. Tidak perlu khawatir selama diet gizi memadai, penkes bahaya makanan tidak benar, bahas makanan yang bisa diterima atau makanan bergizi
f) Kelelahan. Hindari makanan yang mengandung gas, mengunyah makanan secara sempurna, senam hamil, pertahankan kebiasaan BAB
g) Keputihan. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari, pakai pakaian menyerap keringat
h) Keringat bertambah. Pakaian tipis dan longgar, banyak minum, mandi secara teratur
i) Palpitasi jantung. Jelaskan kelaziman perubahan karena kehamilan
j) Ptyalism. Gunakan pencuci mulut/mint
k) Mual/muntah. Hindari bau menyebabkan mual, makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangkit di pagi hari, makan sedikit tapi sering, duduk tegak setelah makan, hindari makanan berminyak, bangun tidur secara perlahan, istirahat seperlunya
l) Sakit kepala. Teknik relaksasi, masase leher dan otot bahu, kompres hangat dan dingin dileher, istirahat, mandi air hangat.
2) Bila menemukan salah satu tanda bahaya segera datang ketenaga kesehatan dan rujuk bila tidak tertangani.

B. Intra Natal Care
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
1. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Sebab terjadinya partus bisa karena faktor harmonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus pengaruh syaraf dan nutrisi yang mengakibatkan partus mulai.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon esrtogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
a. Kala I
Klinis dapat di nyatakan partus dimulai biala timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (blood show). Lendir yang berdarah ini berasal dari lendir kenalis servikalis karena mulai membuka dan mendatar., sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servika membuka.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada sevik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan rahimnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servik.
1) Tanda dan Gejala Inpartu
Persalinan adalah proses bersama bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dapat dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyakit.
Persalinan dimualai atau inpartu pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan servik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan rahimnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servik.
a) penipisan dan pembukaan servik.
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c) Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina
2) Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servik hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala 1 dibagi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten persalinan
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan sevik secara bertahap
(2) Pembukaan sevik kurang dari 4 cm
(3) Biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam
b) Fase aktif persalinan
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
(2) Servik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Fase aktif dibagi 3:
(1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2) Fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi; pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan servik berbeda antara primigravida dengan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri intenum akan membuka terlebih dahulu, sehingga servik akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri sudah sedikit terbuka, ostium uteri internum dan ekternum serta penipisan dan pendataran servik terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap bila ketuban pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan san pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus ditulis setiap kali membuat catatan fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara seksama, yaitu:
(1) Denyut jantung janin; setiap 30 menit
(2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus; setiap 30 menit
(3) Nadi; setiap 30 menit
(4) Pembukaan servik; setiap 4 jam
(5) Tekanan darah dan temperatur; setiap 4 jam
(6) Produksi urine, aseton dan protein; setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnose kerja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau sua jam pertama, nilai ulang kondisi aktual ibu dan bayi. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering.
3) Pencatatan selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan patograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk;
a) Kolom tentang ibu
(1) Nama, umur
(2) Gravida, para, abortus (keguguran)
(3) Nomor catatan medis/nomor puskesmas
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
b) Kondisi janin
(1) DJJ
(2) Warna dan adanya air ketuban
(3) Penyusupan (molase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan servik
(2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentase janin


Periksa luar Periksa dalam keterangan
5/5
Kepala diatas PAP mudah digerakan
4/5
H I-II Sulit digerakan, bagian terbesar kepala belum masuk panggul
3/5
H II-III Bagian terbesar kepala belum masuk panggul
2/5
H III + Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
1/5
H III-IV Kepala di dasar panggul

H IV Di perineum

(3) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan waktu
(1) Waktu mulai fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontraksi uterus
Frekuensi dan lamanya
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksigen
(2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
(2) Urine (volume, aseton atau protein)
h) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi ptograf atau di catatan kemajuan persalinan)
4) Pencatatan pada lembar belakang patograf
Halaman belakan patograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan perdarahan pasca salin). Selain itu catatan persalinan (yang diisi lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai sejauh mana telah dilakukan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
5) Catatan Persalinan
a) Data dasar
b) Kala I
c) Kala II
d) Kala III
e) Bayi baru lahir
f) Kala IV
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran.
2) Tanda dan gejala Kala II
b) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan vaginanya
d) Perineum kelihatan menonjol
e) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Diagnosis kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan :
- Pembukaan servik telah lengkap
- Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
2) Penanganan
Kala II persalinan merupakan pekerjaan yang sangat sulit bagi ibu. Suhu tubuh ibu akan meninggi, ia mengedan selama kontraksi dan ia kelelahan. Petugas harus mendukung ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya.
Berikut asuhan yang harus dilakukan selama kala II;
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan kehadiran seseorang untuk:
(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman
(2) Menawarkan minum, mengipasi dan memijit ibu
b) Menjaga kebersihan diri
(1) Ibu tetap di jaga kebersihannya agar terhindar infeksi
(2) Bila ada darah, lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
c) Mengipasi dan masasse
Menambah kenyamanan bagi ibu
d) Membantu mengatur posisi ibu yang nyaman, sesuai keinginan ibu seperti:
(1) Jongkok
(2) Menungging
(3) Tidur miring
(4) Setengah duduk
e) Menjaga kandung kemih tetap kosong
f) Memberikan cukup minum
g) Memimpin mengedan bila ada his
h) Selama persalinan
Selagi ada kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol kepala serta mencegah robekan.
i) Pemantauan denyut jantung
Setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (>120).
Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin.
j) Melahirkan kepala bayi
(1) Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm) letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat.
(2) Menahan perinium dengan satu tangan lainnya
(3) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir/darah, segera setelah kepala lahir
(4) Periksa tali pusat di leher
Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara dua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi, tetapi bila bisa di longgarkan, cukup dilonggarkan saja.
(5) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya;
(a) Tempatkan kedua tangan pada kedua sisi kepala dan leher bayi
(b) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
(c) Lakukan tarikan ke atas untuk melahirkan bahu belakang
(d) Selipkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
(e) Pegang erat bayi agar jangan sampai jatuh
k) Letakan bayi di perut ibu, bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh dengan menggunakan handuk atau sejenisnya sambil melakukan rangsangan taktil, berikan bayi untuk menetek
l) Merangsang bayi
(1) Denagan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi
(2) Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.
c. Kala III
Pemberian oxitosin < 2 menit setelah bayi lahir
Waktu yang palingkritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Ketika plasenta terlepas atau sepenuhnya terlepas tetapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi dibelakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih di dalam. Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan perdarahan, jadi pemberian oksitoksin sangat penting dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan, maka dari itu harus dilakukan dengan cepat dalam waktu kurang dari 2 menit.
1) Fisiologi Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implementasi plasenta. Karena tempat implementasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta;
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah tiba-tiba
2) Manajemen aktif Kala III
a) Pemberian suntikan oksitoksin 10 ui
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Pemijatan fundus uteri (masasse) segera setelah plasenta lahir, selama 15 detik atau 15 kali.
d. Kala IV
Batasannya adalah 2 jam setelah plasenta lahir. Masa post partum merupakan saat yang paling kritis untuk menjaga kematian ibu terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam kedua setelah persalinan. Yang di pantau pada kala IV adalah tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
C. Masa Nifas
1. Pengertian
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Nifas dalam bahasa Indonesia kemungkinan diambil dari bahasa arab yaitu istilah yang dipergunakan untuk kaum ibu setelah melahirkan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin “puer” artinya bayi, dan parous” berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Pengertian puerperium yang dikemukakan oleh Bemet,V.R. dan rown, L.K. adalah waktu mengenal perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga. Masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali normal.
Periode pasca persalinan (post partum) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi normal kembali. (Vamey’s Midwifery, 1997).
Post natal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 28 hari setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kunjungan yang berkesinambungan dari bidan kepada ibu dan bayi sedang sdiperlukan.(midwifery, 2001)

2. Perubahan Pada Ibu Setelah Persalinan
Terdapat dua perubahan penting pada masa puerperium, yaitu:
a. Involusi uterus dan pengeluaran Lochea
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Autolisys
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin, enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga sepuluh kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari semula selama kehamilan.
2) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages didalam system vasculer dan system limphatik.
3) Efek oksitoksin
Penyebab kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan mengkompres pembuluh darah yang akan mengurangi masuknya darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (asuhan kebidanan post partum, 2003)
Proses involusi uteri dapat dilihat pada tabel:
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
14 hari (2 minggu)
42 hari (6 minggu)
56 hari (8 minggu) Sepusat
Pertengahan pusat simpisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
normal 1000 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas, lochea mempunyai reaksi basa yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal, lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya, sebagai berikut:
1) Lochea Rubra (kurenta)
a) 1 sampai 3 hari, berwarna merah hitam
b) terdiri dari sel desidua, vemiks caeseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, sisa darah.
2) Lochea Sanginolenta
a) 3 sampai 7 hari
b) berwarna putih bercampur darah
3) Locheaq Serosa
a) 7 sampai 14 hari
b) berwarna kekuningan
4) Lochea Alba
a) Setelah hari ke 14
b) Berwarna putih

b. Laktasi/pengeluaran Air Susu Ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu ada dalam keadaan sedih, tertekan, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan memungkinkan tidak terjadi produksi ASI.
Ada 2 refleks yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu:
1) Reflaks Prolaktin
Pada waktu bayi mengisap payudara ibu, maka ibu menerima rangsangan nero hormonal pada putting dan aerola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin dan masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar, pembuat ASI terangsang untuk memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan aerola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus dari grandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oksitoksin kedalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampulla. (pribadi, asuhan kebidanan III).
c. Tanda-tanda bahaya pada ibu post partum
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum oleh karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya yang menandakan bahwa ia perlu segera mencari bantuan medis, ibu juga perlu mengetahui kemana ia mencari bantuan tersebut.
Beritahu ibu jika mengetahui adanya masalah-massalah berikut, maka ia perlu segera menemui bidan:
1) perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
2) Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4) Sakit kepala yang terus- menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan
5) Pembengkakan di wajah atau di tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau jika merasa tidak enak badan
7) Payu dara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9) Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki
10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
d. Tujuan/asuhan kebidanan ibu post partum
1) Memberikan layanan fisik dan kenyamanan dengan segera setelah melahirkan
2) Memberikan layanan psikologis dan support
3) Memelihara/meningkatkan kesehatan umum; istirahat, diet seimbang dan secara bersngsur-sngsur kembali ke aktivitas
4) Mencegah komplikasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu
5) Mengenal secara dini dan mengatasi segera bila terjadi komplikasi yang mungkin timbul
6) Menganjurkan menyusui segera mungkin sehingga ibu akan berhasil dalam menyusui
7) Mendidik orang tua dalam perawatan bayi dan perkembangan keluarga baru
8) Memberikan layanan dan kebutuhan bimbingan tentang tumbuh kemabang yang normal dari BBL
9) Tindak lanjut layanan kesehatan yaitu kebutuhan ibu dan keluarga serta layanan KB.

e. Kebijakan program nasional masa nifas-program dan kebijakan teknis
Paling sedikit 4 kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan Waktu Uraian
1 6-8 jam setelah persalinan • Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
• Mendetekasi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan
• Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
• Pemberian ASI awal
• Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
• Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
2 6 hari setelah persalinan • Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
• Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
• Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
• Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawtan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti kunjungan ke 2 (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
Memberikan konseling untuk KB secara dini

f. Tindakan yang baik selama asuhan masa nifas normal pada ibu
1) Kebersihan diri
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 hari sekali
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
4) Istirahat
a) anjurkan ibu agar stirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b) sarankan ia untuk kembali ke rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat pada saat bayi tidur
c) kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,yaitu:
(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
(3) Menyebabkan defresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
5) Latihan
c) Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan pinggul kembali normal, ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
d) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
(1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada; tahan 1 jitungan sampai 5. rileks dan ulangi sebanyak 10 kali
(2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dasar panggul (latihan kegel)
(3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4) Gizi
Ibu menyusui harus:
a) mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b) makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c) minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d) pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e) minum kapsul vitamin A (200.000 iu) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
5) Menyusui
ASI mengandug semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
a) Tanda ASI cukup
(1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
(2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan ”berbiji”
(3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik.
(4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
(5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
(6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu
(7) Bayi bertambah berat badannya
b) ASI tidak cukup
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka pesan hormonal yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit.
c) Meningkatkan produksi ASI
(1) Untuk bayi
(a) Menyusui setiap bayi menginginkan atau tanpa di jadwal (on demand)
(b) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui
(c) Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
(d) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman, serta minumlah setiap kali menyusu
(e) Tidurlah bersebelahan dengan bayi
(2) Untuk ibu
(a) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
(b) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan antara mulut bayi dengan putting.
(c) Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut diatas.
6) Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara
c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet
d) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
e) Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan:
(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
(2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan
(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
7) Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah merah berhenti atau ibu dapat memasukan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami-istri sampai masa waktu tertentu, misalnya sampai masa 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
8) Keluarga berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali
b) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu metode amenore laktasi (gambar 1) dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan.
c) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
(1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
(2) Kelebihan/keuntungannya
(3) Kekurangannya
(4) Efek samping
(5) Bagaimana menggunakan metode itu
(6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.
e) Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
D. Bayi Baru Lahir
1. Perubahan yang terjadi pada BBL
a. Sistem Sirkulasi
Setelah bayi lahir, bayi akan bernafas, ini akan menjadikan penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah mengalir ke paru-paru, duktus arteriosus botali menutup 1-2 menit setelah bayi bernafas. Dengan diguntingnya tali pusat maka akan terjadi penurunan pada vena cava inferior, sehingga tekanan pada arterium kanan berkurang sebaiknya tekanan pada arterium kiri bertambah maka terjadi penutupan foramen ovale.
O2 janin lebih rendah dari pada orang dewasa. Untuk mengimbangi ini peredaran janin lebih cepat, kadar Hb janin tinggi (18 gr%) dari eritrocitnya (5,5 juta/mm3).
Perbedaan Hb janin dan orang dewasa:
1) Hb janin dibuat dalam hati, Hb dewasa pada sumsum merah
2) Hb janin lebih mudah mengambil dan menyerahkan O2 daripada orang dewasa
3) Hb janin baru diganti seluruhnya oleh Hb biasa pada umur 4 bulan atau lebih

b. Sistem Respirasi
Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya, kecepatannya dan bervariasi 30-60x/menit
Rangsangan gerakan nafas pertama kali karena tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir sehingga terjadi kehilangan setengah dari jumlah cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali ke bentuk semula.
1) penurunan tekanan oksigen dan kenaikan CO2 merangsang dengan masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri, menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
2) Kemoreseptor pada sinus karotis rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan

c. Suhu Tubuh
Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi memiliki institusi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang relatif buruk serta belum dapat berkeringat dan mengigil maka suhu lingkungan harus diatur 36, 5-37,2oC. Untuk mengurangi kehilangan panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus badan dan kepala bayi disimpan di tempat tidur hangar.

d. Nadi
Bayi baru lahir denyut nadi 120-150x/menit, tergantung pada aktivitas. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena stimulasi fisik atau emosional tertentu seperti gerakan involunter, menangis atau mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba.

e. Tekanan Darah
Tekanan darah pada bayi baru lahir rendah sehingga sulit untuk di ukur secara akurat dengan spignomanometer konvensional, 80-60/45-40 mmHg dan 100/50 mmHg sampai dengan hari ke sepuluh.

f. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalamjumlah yang cukup, absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan. Bila dibandingkan dengan pencernaan orang dewasa pencernaan neonatus lebih berat dan lebih panjang. Enzim pencernaan terdapat pada neonatus kecuali amilase pancreas, aktivitas lipase terjadi pada janin 7-8 bulan.

g. Susunan Saraf
Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat sensitif terhadap cahaya.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selam jam pertama kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir;
4) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
5) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit badan bayi
6) Sambil secara cepat menilai pernafasan, letakan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
7) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari wajah untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi.

2. Klem dan Potong Tali Pusat
a. klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm diantara klem-klemtersebut)
b. potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri anda
c. pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat
d. periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan, lakukan peningkatan ulang yang lebih kuat.

3. Jagalah bayi agar tetap hangat
a. pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan ibu
b. gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit:
2) Apabila telapak bayi tetap dingin, periksalah salah satu aksila bayi
3) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut.
4. Kontak dini dengan Ibu
a. Berikan bayi pada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk:
1) Kehangatan mempertehankam panas yang benar pada bayi baru lahir
2) Ikatan batin dan pemberian ASI
b. Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan menunjukan refleks rooting)
5. Pernafasan
Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan. Pernafasan bayi diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
a. Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
b. Jila bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal berikut:
1) keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
2) gosokan punggung bayi dengan lembut
3) jika bayi mesih belum bisa bernafas setelah 60 detik mulai resusitasi
4) apabila bayi sianosis atau sukar bernafas (frekwensi pernafasan kurang dari 30 tau lebih dari 60 kali/menit) berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal.
6. Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia/PMS. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah melahirkan.
7. Asuhan Bayi Baru Lahir
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikan asuhan berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi
1) dari memandikan bayi sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,5oC
2) bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepada bayi harus ditutup.
b. Pemeriksaan fisik bayi
Lakukan pemeriksaan fisik bayi yang lebih lengkap. Ketika memeriksa bayi baru lahir ingat hal-hal penting berikut:
1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaar
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi
3) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.
4) Jika ditemukan faktor resiko dan masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperlukan.

Tanda-tanda Bahaya Yang Harus Diwaspadai Pada Bayi Baru Lahir
a. Pernafasan; sulit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Kehangatan; terlalu panas (38oC atau terlalu dingin 36oC)
c. Warna; kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
d. Pemberiam makanan; hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e. Tali pusat; merah, bengkak, keluar cairan bau busuk, berdarah
f. Infeksi; suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
g. Tija/kemih; tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja
h. Aktivitas; menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.

download software

Entri Populer