google-site-verification: google6968eaab40b0eb36.html ano.sb: ASKEP BPH

selamat datang

selamat datang
terimakasih atas kunjungan anda hari ini semoga dapat bermanfaat

Kamis, 26 November 2009

ASKEP BPH

BAB I
TINJAUAN TEORITIS


A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut.
Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

Teori Sel Stem (Isaacs 1984)
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

Teori MC Neal (1978)
Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.




3. Anatomi Fisiologi



Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

4. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.


5. Tanda dan Gejala
a Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
b Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
c Rasa nyeri saat memulai miksi/
d Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

6. Komplikasi
a Aterosclerosis
b Infark jantung
c Impoten
d Haemoragik post operasi
e Fistula
f Striktur pasca operasi & inconentia urine

7. Pemeriksaan Diagnosis
Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.

Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

8. Penatalaksanaan
a. Non Operatif
• Pembesaran hormon estrogen & progesteron
• Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
• Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
• Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
• Pemasangan kateter.

b. Operatif
• Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
• TUR (Trans Uretral Resection)
• STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
• Retropubic Extravesical Prostatectomy)
• Prostatectomy Perineal



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Identitas/Biodata
1. Biodata 2. Data Penanggung Jawab
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Suku bangsa : Suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
Kec. Kec.
Tgl. Masuk RS : Hubungan :
Tgl. Dikaji :
Diagnosa Medis :
No. RM :
Dr. Penanggungjawab :

2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
b Riwayat kesehatan sekarang
P, Q, R, S, T
c Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi:
Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll) :
d Keadaan kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain
Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.)
e Keadaan psikologis
Perilaku
Pola emosional
Konsep diri
Penampilan intelektual
Pola pemecahan masalah
Daya ingat
f Keadaan Sosial ekonomi
Status ekonomi
Kegiatan rekreasi
Bahasa komunikasi
Hubungan dengan keluarga
Kegiatan masyarakat
g Keadaan Spiritual
Kepercayaan, keyakinan

h Pola Kehidupan sehari-hari
No Kegiatan sehari-hari Di rumah Di rumah sakit
1. Makan dan Minum
a. Makan
• Frekwensi
• Jenis makanan
• Makanan yang disukai
• Makanan yang tidak disukai
• Makanan pantangan
• Tujuan/alasan pantangan
• Gangguan makanan
• Cara mengatasi
• Diet khusus
b. Minum
• Jumlah intake
• Jenis
2. Pola elimenasi
a. BAK
• Frekwensi
• Jumlah
• Warna
• Gangguan/keluhan
• Cara mengatasi
b. BAB
• Frekwensi
• Konsistensi
o Gangguan/keluhan
o Cara mengatasi
3. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur
- malam
- siang
b. Gangguan Tidur
c. Cara Mengatasi
d. Kebiasaan tidur
4. Personal hygine
a. Frekwensi Mandi tiap hari
b. Cara mandi
c. Frekwensi sikat gigi
d. Frekwensi mencuci rambut tiap minggu
e. Kebiasaan gunting kuku
5. Aktivitas
a. Gangguan dalam pergerakan/berjalan
b. Alasan/penyebab
c. Cara mengatasi
6. Sexual
a Frekwensi
b Alasan/penyebab
c Cara mengatasi

3. Pemeriksaan Fisik
a Keadaan Umum :
b Tanda-tanda vital : Tekanan Daqrah, Suhu, Nadi, Respirasi
c Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
d Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
e Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
f Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
g Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
h Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
i Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
j Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
k Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, Rontgen , BNO

5. Therapi
Obat-obatan yang diberikan menurut advis dokter

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Diagnosa keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil :
• Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
• Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
• Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)
• Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
• Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
• Beri kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.
• Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
• Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
• mengkaji tingkat nyeri dan observasi tanda vital dapat mengetahui perkembangan dan tindakan selanjutnya
• dengan kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri
• Tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri
• Pemberian obat tidak terjadi kesalahan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi

Kriteria hasil :
• Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
• Klien mengungkapan sudah bisa tidur. • ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik
• atur posisi tidur senyaman mungkin • agar klien tidak terganggu waktu klien beristirahat tidur
• mengurangi rasa nyeri dengan obat analgesik sehingga klien bisa istirahat tidur
• agar klien dapat beristirahat dengan nyaman


3. Imflementasi
Pada tahap dilakukan pelaksanaan dan perawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaannya adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan:
1) Secara mandiri (independen) adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stresor (penyakit) misalnya:
a. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari
b. Memberikan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.
2) Secara ketergantungan/kolaborasi (interdependen), adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama tim perawatan atau tim kesehatan lainnya misalnya dalam hal pemberian obat sesuai instruksi dokter, pemberian infus: tanggung jawab perawat kapan infus itu terpasang.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.























BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. R
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
DIAGNOSA MEDIS BPH
DI RUANG BEDAH RSUD M.A. SENTOT PANTURA


A PENGKAJIAN
1. Identitas/Biodata
1. Biodata 2. Data Penanggung Jawab
Nama : Tn. R Nama : Tn. C
Umur : 55 tahun Umur : 30 tahun
Suku bangsa : Indonesia Suku : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : - Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds. Kedungdawa Alamat : Kedungdawa
Kec. Gabus wetan Kec. Gabus wetan
Tgl. Masuk RS : 4/11/2009 Hubungan : Anak
Tgl. Dikaji : 5/11/2009
Diagnosa Medis : BPH
No. RM : 17127
Dr. Penanggungjawab : dr. W

2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
Nyeri supra pubik karena tidak bisa BAK satu hari
b Riwayat kesehatan sekarang
P= Retensio urine
Q= nyeri seperti tertahan , klien terlihat meringis
R= nyeri pada daerah Vesika urinaria
S= nyeri dengan sekala 3
T= terus menerus sehingga istirahat/tidur klien terganggu
c Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit masa lalu : klien pernah dirawat di rumah sakit Cirebon dengan keluhan yang sama, klien mulai merasakan keluhan penyakit yang sama pada usia 45 tahun.
Alergi: tidak menderita alergi
Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll) : merok dan minum kopi

d Keadaan kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain tidak menderita penyakit yang sama

e Keadaan psikologis
Perilaku : selama dirawat klien menunjukan sikap yang positif koperatif
Pola emosional : klien menanyakan tentang keadaan penyakitnya
Konsep diri : tidak ada gangguan
Penampilan intelektual : biasa
Pola pemecahan masalah : oleh kepala keluarga
Daya ingat : masih baik

f Keadaan Sosial ekonomi
Status ekonomi : penghasilan klien dari buruh tani
Kegiatan rekreasi : jarang dilakukan
Bahasa komunikasi : bahasa Jawa
Hubungan dengan keluarga : baik
Kegiatan masyarakat : akrab dengan tetangganya

g Keadaan Spiritual
Kepercayaan, keyakinan : klien beragama islam

h Pola Kehidupan sehari-hari

No Kegiatan sehari-hari Di rumah Di rumah sakit
1. Makan dan Minum
a. Makan
• Frekwensi
• Jenis makanan
• Makanan yang disukai
• Makanan yang tidak disukai
• Makanan pantangan
• Tujuan/alasan pantangan
• Gangguan makanan
• Cara mengatasi
• Diet khusus
b. Minum
• Jumlah intake
• Jenis

2 kali sehari
Nasi, lauk, sayur
Semua makanan
-
Tidak ada





4-6 gelas/hari
Air putih

3 kali sehari
Nasi, lauk, sayur
Semua makanan
-
Tidak ada





4-6 gelas/hari
Air putih
2. Pola elimenasi
a. BAK
• Frekwensi
• Jumlah
• Warna

• Gangguan/keluhan

• Cara mengatasi

b. BAB
• Frekwensi
• Konsistensi
o Gangguan/keluhan
o Cara mengatasi

4-5 kali/hari

kuning keruh kemerahan
Sakit waktu BAK

Berobat ke puskesmas

2 hari sekali
lembek


Dipasang kateter
1500 ml
kuning keruh kemerahan
Sakit daerah perut bawah



2 hari sekali
lembek

3. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur
- malam
- siang
b. Gangguan Tidur
c. Cara Mengatasi
d. Kebiasaan tidur

5-6 jam/hari
-
Sulit tidur
-
Terlentang, miring

5-6 jam/hari
-
Sulit tidur
-
Semi powler

4. Personal hygine
a Frekwensi Mandi tiap hari
b Cara mandi
c Frekwensi sikat gigi
d Frekwensi mencuci rambut tiap minggu
e Kebiasaan gunting kuku
2X/hari
mandiri
1X/hari
1x/minggu

Kalau panjang
Tidak dilakukan
5. Aktivitas
a. Gangguan dalam pergerakan/berjalan
b. Alasan/penyebab
c. Cara mengatasi
Dapat berjalan
Dapat berjalan
6. Sexual
a Frekwensi
b Alasan/penyebab
c Cara mengatasi
Tidak melakukan
Sedang sakit
Tidak melakukan
Sedang sakit

3. Pemeriksaan Fisik
a Keadaan Umum : lemah
b Tanda-tanda vital : TD=160/100mmHg S= 36oC N= 86x/mt
R= 20x /mt
c Sistem Pencernaan
bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, mukosa mulut normal, muntah tidak ada, menelan/mengunyah baik, bentuk perut normal, BU 6x/menit
benjolan diperut tidak ada, pembesaran hepar tidak ada, nyeri tekan, daerah supra pubik.

d Sistem Pernafasan
hidung simetris, pernafasan cuping hidung tidak ada, perdarahan hidung tidak ada,bentuk dada simetris, batuk tidak ada. Frekwensi pernafasan 25x/menit, pola pernafasan teratur, wheezing tidak ada

e Sistem cardiovaskuler
konjungtiva tidak anemis, edema tidak ada, tekanan darah 160/110 mmHg, akral hangat,
f Sistem integumen
kulit bersih, turgor kulit baik, luka/lesi tidak ada, eritema tidak ada,

g Sistem persyarafan
kesadaran lemah, kepala simetris, mata simetris, pergerakan bola mata normal, Nervus cranial : N1; klien mampu mencium bau, N2; klien mampu membaca tulisan, N3; bola mata simetris, klien mengangkat kelopak mata, N4; klien mampu menggerakan bola mata,

h Sistem endokrin
pertumbuhan dan perkembangan fisik tak ada kelainan, proporsi dan posisi tubuh tegap, ukuran kepala dan ektremitas simetris seimbang, polidipsi tidak ada, poliphagi tidak ada, poliuri tidak ada, tremor ektremitas tidak ada, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

i Sistem muskuloskeletal
gaya berjalan dibantu, deformitas tidak ada, fraktur tidak ada, atrofi tidak ada, pembesaran tulang tidak ada.
Kekuatan otot : 5 5
5 5

j Sistem reproduksi
pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.

k Sistem perkemihan
klien terpasang kateter, jumlah urine 1500 ml/hari, warna urine kuning keruh, bau khas urine, nyeri tekan pada daerah vesica urinaria, teraba masa tidak ada, nyeri pinggang

4. Pemeriksaan Penunjang
a laboratorium : Darah
Tgl./ Jam Jenis Hasil Normal Interpretasi
14/11/09 Hb
Leucosit
Hematokrit
Trobosit 12.1 g%
14.100 / mm3
32 %
307.000 / mm3 12-16 g%
10.000 / mm3
35%-48%
150.000-400.000 mm3 Dalam batas normal
Terjadi peningkatan
Kurang
Dalam batas normal

b BNO

5. Therapi
a Pasang DC , pasang infus RL 20 gtt/menit
b obat : Cypotaxim 2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp, farsik 1x1 amp

6. Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang
DO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 BPH

Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Merangsang pengeluaran histamin

Hipotalamus

Kortek serebri

Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman nyeri
DS: klien mengatakan BAK Tidak lancar
DO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateter Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Klien tidak dapat BAK secara normal

Terpasang kateter untuk mengeluarkan urine
Gangguan perubahan pola eliminasi BAK
DS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeri
DO:, klien terlihat lemah dan lelah nyeri

Saraf simpasis terangsang untuk mengaktifasi kerja organ tubuh

Klien terjaga Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
DS: klien mengatakan urine berwarna merah
DS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /ml Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Klien tidak bisa BAK secara normal

Terpasang kateter untuk mengeluarkan urine

Berkembangnya mikro organisme

Potensial infeksi Potensial terjadinya infeksi
DS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klien
DO: klien adn keluarga
tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

Merupakan stresor psikologis

Klien dan keluarga menjadi cemas Gangguan rasa aman cemas

B DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang
2. Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan klien mengatakan BAK tidak lancar, klien terpasang kateter
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur
4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine
5. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya.

C PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan DS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang
DO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 T: rasa nyaman klien terpenuhi dalam jangka waktu 1 hari
K:
-nyeri berkurang dengan skala 2
-klien tenang • kaji tingkat nyeri
• observasi tanda-tanda vital
• jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
• ajarkan tehnik relaksasi
• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik • mengkaji tingkat nyeri dan observasi tanda vital dapat mengetahui perkembangan dan tindakan selanjutnya
• Penjelasan penyebab nyeri dapat membantu klien mengerti tentang penyakitnya
• Tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri
• Pemberian obat tidak terjadi kesalahan

Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan :
DS: klien mengatakan BAK Tidak lancar
DO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateter
T: pola BAK klien normal
K:
- Klien beradaptasi dengan pemasangan kateter selama 3 hari • Lakukan perawatan kateter
• Pertahankan kepatenan kateter
• Anjurkan pada klien agar tidak bergerak secara tiba-tiba dan terlalu bebas
• Palpasi kandung kemih terhadap distensi jika keluaran sedikit • Untuk mencegah berkembangbiaknya mikro organisme
• Agar urine mengalir dengan lancar
• Untuk mencegah kateter supaya tidak lepas/putus
• Agar tidak terjadi retensio urine
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:
DS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeri
DO:, klien terlihat lemah dan lelah
T: kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dalam jangka waktu 1x24 jam
K:
- Tidur nyenyak
- klien tidak lesu • ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik
• atur posisi tidur senyaman mungkin • agar klien tidak terganggu waktu klien beristirahat tidur
• mengurangi rasa nyeri dengan obat analgesik sehingga klien bisa istirahat tidur
• agar klien dapat beristirahat dengan nyaman
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine ditandai dengan:
DS: klien mengatakan urine berwarna merah
DS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /ml
T: infeksi tidak terjadi dalam jangka waktu 3 hari
K: tidak ada tanda-tanda infeksi • lakukan perawatan kateter
• ajarkan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi
• perawatan kateter dapat mencegah berkembangbiak-nya mikro organisme
• klien/keluarga dapat melaporkan bila ada tanda-tanda infeksi kepada perawat segera
Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan:
DS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klien
DO: klien adn keluarga
tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, T: rasa cemas hilang
K:
- klien menerima dan mengerti akan penyakitnya
- klien tampak tenang • berikan penjelasan tentang kondisi penyakitnya, penyebab, program pengobatan dan proses penyembuhan
• libatkan keluarga untuk memberikan support system • dengan memberikan penjelasan klien dapat mengerti dan lebih tenang
• dukungan sangat perlu dari keluarga sebangai kekuatan batin





D IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/Tgl./Jam Diagnosa perawatan Tindakan Evaluasi/Catatan Perkembangan
Kamis, 5-11-2009 (1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan
DS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang
DO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 • mengkaji tingkat nyeri dalam rentang 0-4
• mengobservasi tanda-tanda vital (TD, N, S, R)
• menjelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
• mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi
• melakukan kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik S: klien mengatakan nyeri daerah supra pubik masih terasa
O: klien meringis apabila daerah nyeri ditekan, nyeri dengan skala 3.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi,
• kaji tingkat nyeri
• observasi tanda-tanda vital
• ajarkan tehnik relaksasi/distraksi
• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik
(2) Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan :
DS: klien mengatakan BAK Tidak lancar
DO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateter • melakukan perawatan kateter
• mempertahankan kepatenan kateter
• menganjurkan pada klien agar tidak bergerak secara tiba-tiba dan terlalu bebas
• melakukan Palpasi kandung kemih terhadap distensi jika keluaran sedikit S: klien mampu beradaptasi dengan pola eliminasi BAKnya
O: klien tampak tenang
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
• Lakukan perawatan kateter
• Pertahankan kepatenan kateter
(3) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:
DS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeri
DO:, klien terlihat lemah dan lelah • menciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
• melakukan kolaborasi untuk pemberian obat analgesik
• mengatur posisi tidur senyaman mungkin S: klien mengatakan sudah bisa tidur walaupun masih belum nyenyak
O: klien terlihat masih lemah
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi;
• ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik
• atur posisi tidur senyaman
mungkin

(4) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine ditandai dengan:
DS: klien mengatakan urine berwarna merah
DS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /ml • melakukan perawatan kateter
• mengajarkan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi
S: infeksi tidak terjadi
O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan;
• lakukan perawatan kateter

(5) Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan:
DS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klien
DO: klien adn keluarga
tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, • memberikan penjelasan tentang kondisi penyakitnya, penyebab, program pengobatan dan proses penyembuhan
• melibatkan keluarga untuk memberikan support system S: klien menerima dan mengerti akan penyakitnya
O: klien dan keluarga tampak tenang
A: masalah teratasi
P: intervensi tidak dilanjutkan
Jum’at, 15-11-2009 (1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan
DS: klien mengatakan nyeri supra pubik masih terasa dan panas/sakit dibagian pinggang
DO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 • mengkaji tingkat nyeri
• mengobservasi tanda-tanda vital
• menjelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
• mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi
• melakukan kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik S: klien mengatakan nyeri daerah supra pubik masih terasa
O: klien meringis apabila daerah nyeri ditekan, skala nyeri 2.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi,
• kaji tingkat nyeri
• observasi tanda-tanda vital
• ajarkan tehnik relaksasi/distraksi
• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik
(3) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:
DS: klien mengatakan sudah bisa tidur walaupun masih belum nyenyak
DO:, klien terlihat masih lemah • menciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
• melakukan kolaborasi untuk pemberian obat analgesik
• mengatur posisi tidur senyaman mungkin S: klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak
O: klien terlihat tenang
A: masalah teratasi
P: intervensi tidak dilanjutkan














BAB III
KESIMPULAN


Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
Tanda dan Gejala
1. Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
2. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
3. Rasa nyeri saat memulai miksi/
4. Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).
Kala ditinjau dari kasus Tn. R dengan keluhan utama Klien mengeluh tidak bisa BAK 1 hari, badan lemas. Dari hasil pengkajian kasus didapat prioritas diagnosa perawatan antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan nyeri saat akan BAK dan panas/sakit dibagian pinggang
2. Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan klien mengatakan BAK tidak lancar, klien terpasang kateter
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur
4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine
5. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya.
Kalau dilihat dari catatan perkembangan pasien pada kasus Tn. R dengan diagnosa medis BPH, dalam dua hari masalah perawatan sebagian teratasi, klien mengatakan masih mengeluh nyeri di daerah vesika urinaria, nyeri sedikit berkurang, kebutuhan istirahat/tidur terpenuhi, tidak ada tanda-tanda infeksi, klien menerima dan mengerti tentang penyakitnya.



Daftar Pustaka


Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

download software

Entri Populer